Kamis 24 Oct 2024 19:57 WIB

Banyak Tentara Israel Tolak Berperang, tapi Pemerintah Seolah Bilang: Diamlah Bunuh Saja

Tentara Israel banyak yang mengajukan surat penolakan berperang

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Tentara Israel membawa peti mati Sersan. Kelas Satu Nazar Itkin, yang terbunuh dalam operasi darat Israel melawan militan Hizbullah di Lebanon, saat pemakamannya di Kiryat Ata, Israel, Minggu, 6 Oktober 2024.
Foto: AP Photo/Baz Ratner
Tentara Israel membawa peti mati Sersan. Kelas Satu Nazar Itkin, yang terbunuh dalam operasi darat Israel melawan militan Hizbullah di Lebanon, saat pemakamannya di Kiryat Ata, Israel, Minggu, 6 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Sebuah opini di Haaretz menyoroti kondisi tentara Israel yang saat ini sedang berperang di beberapa front, terutama di Jalur Gaza dengan Hamas dan di Lebanon dengan Hizbullah.

Sang penulis, Samy Peretz, menyatakan di bawah pemerintahan saat ini, kondisi tentara Israel tidak pernah lebih buruk dari saat ini. Masa wajib militer telah diperpanjang selama empat bulan, lama dinas militer cadangan telah meningkat tiga kali lipat, dan usia pensiun bagi tentara cadangan telah dinaikkan satu tahun.

Baca Juga

Selain itu, setiap tentara Israel yang diculik ke Jalur Gaza akan menjadi yang terakhir dibebaskan dalam kesepakatan pemulangan tawanan, jika kesepakatan tercapai, menurut artikel tersebut.

Peretz mengatakan bahwa semua ini terjadi pada saat pemerintah memperkenalkan RUU untuk membebaskan orang Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim) dari wajib militer, meskipun tentara telah kehilangan lebih dari 10 ribu tentara yang terbunuh, terluka, atau mengalami gangguan psikologis.

Menurut penulis, situasi ini menimbulkan dua pertanyaan yaitu pertama, mengapa orang masih setuju untuk melakukan wajib militer? Dan kedua, sampai kapan mereka setuju untuk melakukannya dalam situasi yang menandakan perang yang tidak ada ujungnya, tanpa partisipasi saudara-saudara mereka yang sangat religius, dan ketika sudah jelas bahwa jika mereka jatuh ke tangan musuh, kemungkinan mereka untuk kembali sangat kecil?

Dia menjelaskan bahwa jawaban untuk pertanyaan pertama mudah yakni semangat militer di kalangan masyarakat umum di Israel “sangat kuat,” yang dia kaitkan dengan sistem pendidikan agama resmi negara, yang menguatkan kesucian dinas militer. Dia menambahkan bahwa semangat ini telah diperkuat sejak Badai Al-Aqsa.

Peretz percaya bahwa jawaban untuk pertanyaan kedua sulit, karena belum ada jeda yang berkelanjutan di Jalur Gaza yang mengarah pada gencatan senjata permanen, kesepakatan untuk menukar tahanan Palestina dengan semua sandera Israel, penarikan pasukan Israel, dan pembukaan penyeberangan yang memungkinkan lalu lintas barang dan orang.

Sebaliknya, yang terjadi adalah perang telah meluas ke arah utara, periode layanan cadangan telah diperpanjang, dan lebih banyak sandera yang terbunuh dalam tawanan.

Mengingat hal ini, kesimpulan apa yang dapat diambil oleh para prajurit tentang tindakan pemerintah? Jika para prajurit ini hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkannya selama jeda di antara misi militer, kesimpulan yang tak terelakkan adalah bahwa pemerintah tidak peduli dengan mereka.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa pemerintah memandang mereka sebagai alat, dan mereka harus melakukan apa yang diperintahkan, yaitu mempertaruhkan nyawa, mata pencaharian, dan keluarga mereka meskipun pemerintah dan mereka yang memimpin mereka tidak mau mengambil risiko apa pun yang akan membahayakan kekuasaan mereka.

Menurut artikel tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu biasa menggambarkan situasi keamanan sebagai ancaman eksistensial bagi negara, tetapi pada saat yang sama ia berusaha untuk membebaskan Haredim dari wajib militer, memuji para prajurit yang gugur dalam pertempuran, tetapi mengabaikan kawan-kawan mereka yang diculik.

BACA JUGA: Jika Benar-benar Berdiri, Ini Negara 'Islam' Pertama yang Halalkan Alkohol dan Bela Israel 

Peretz menutup artikelnya dengan nada yang merupakan campuran antara pesimisme dan sarkasme, yang tampaknya ditujukan kepada pemerintah dan para komandan IDF:

“Biarkan para prajurit mempertaruhkan nyawa mereka agar sehelai rambut pun di kepala Netanyahu tidak tersentuh.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement