Senin 04 Nov 2024 18:08 WIB

Palestina Bertekad Kuat Berjuang Habis-habisan Atasi Rintangan Menuju Piala Dunia 2026

Palestina saat ini berada di posisi terbawah Grup B Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Rep: isr/ Red: Israr Itah
Timnas Palestina.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Timnas Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekad Palestina untuk lolos ke putaran final Piala Dunia untuk pertama kalinya sangat kuat di tengah genosida yang dilakukan Israel di Gaza dan serangan kepada warga Palestina di Tepi Barat. Ini disampaikan Presiden Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) Jibril Rajoub kepada Reuters.

PFA menghadapi hambatan untuk meraih kesuksesan di lapangan yang tidak pernah dihadapi oleh tim nasional lain, bahkan sebelum Israel melancarkan serangan militer ke Gaza setahun lalu. Namun di tengah berbagai kesulitan itu, pelatih Makram Daboub dan pasukannya mengacaukan berbagai prediksi karena Palestina tetap bertahan dalam babak kualifikasi dan menjaga peluang berlaga di pesta sepak bola dunia 2026.

Baca Juga

“Pembatasan terhadap pergerakan kami, kebijakan yang mencekik dari Israel telah melumpuhkan segalanya,” kata Jibril Rajoub dalam sebuah wawancara dengan Reuters pekan lalu.

Ia mengatakan, semuanya tak bisa berjalan, termasuk liga nasional. Meskipun demikian, Palestina bersikeras untuk melanjutkan partisipasi mereka di kompetisi FIFA dan AFC, termasuk kualifikasi Piala Dunia 2026.

“Kami memiliki masalah yang nyata karena kami tidak dapat membawa atlet dari Gaza, dan puluhan dari mereka telah kehilangan nyawa. Di Gaza semua fasilitas olahraga telah dihancurkan, termasuk sebagian besar klub, stadion dan semuanya hancur," tuturnya.

“Di Tepi Barat, mereka mencekik kami, kami tidak bisa melakukan apa-apa. Tetapi ini adalah tekad kami, komitmen kami,” imbuhnya.

Kekerasan telah melonjak di Tepi Barat sejak dimulainya genosia Israel di Gaza, dengan penyisiran hampir setiap hari oleh pasukan Israel yang melibatkan ribuan penangkapan dan pengeboman rutin ke warga tak berdosa.

Sementara format baru berisi 48 tim untuk putaran final Piala Dunia 2026 menawarkan kesempatan emas bagi negara seperti Palestina untuk bermain di putaran final turnamen ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan jika mereka ingin mengamankan tempat.

Berada di posisi terbawah Grup B dengan dua poin dari empat pertandingan, Palestina akan melanjutkan perjuangan mereka dengan menghadapi Oman di Muscat pada 14 November sebelum menjamu Korea Selatan lima hari kemudian.

Sudah lima tahun Palestina tidak pernah menjadi tuan rumah pertandingan internasional di Yerusalem dan pertandingan mereka dengan Korea yang memimpin grup akan berlangsung di ibu kota Yordania, Amman.

“Ini tidak akan pernah terasa seperti di rumah sendiri,” kata Rajoub. “Kami menyukai Yordania, kami menyukai Amman tetapi kami suka bermain di Yerusalem, kami suka bermain di rumah kami tetapi inilah yang kami miliki.

Ia menyesalkan tidak bisa bermain di kandang dan ini secara finansial sulit. Untuk pertama kalinya tim Palestina akan bermain di Yordania, yang dekat dari negaranya. Ia berharap sejumlah penggemar Palestina bisa datang memberikan dukungan.

“Kami memiliki hak untuk menjadi tuan rumah. Kami harus mengatasi dengan tekad kami, ketangguhan orang-orang kami, komitmen kami. Kami tidak punya pilihan lain,” kata dia menegaskan.

Lolos ke Piala Dunia akan membantu meringankan tekanan keuangan tersebut. Detiap tim di Qatar dua tahun lalu pulang dengan membawa setidaknya 9 juta dolar AS dan Palestina telah mendapatkan beberapa hasil yang menggembirakan di fase ketiga kualifikasi Asia.

Hasil imbang 0-0 yang mengejutkan dengan Korea Selatan di Seoul pada pertandingan pembuka grup mereka pada September diikuti dengan hasil imbang melawan Kuwait bulan lalu.

Meskipun mengamankan tiket langsung ke putaran final sepertinya tidak mungkin, Palestina dapat melaju ke babak playoff dengan finis di posisi ketiga atau keempat grup. Mereka saat ini hanya tertinggal satu poin di belakang Oman yang berada di posisi keempat.

“Saya pikir mereka melakukannya dengan baik,” kata Rajoub. “Ini pertama kalinya dalam sejarah kami lolos ke fase ketiga terlepas dari situasi yang ada.

“Kami tidak memiliki liga nasional sehingga tidak mudah. Beberapa atlet telah kehilangan nyawa mereka atau rekan-rekan mereka atau mentor atau pelatih. Hal ini juga, secara psikologis, akan berpengaruh, tetapi meskipun demikian kami berusaha dan bermain dengan baik. Ini juga bisa menjadi sumber motivasi bagi para atlet,” tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement