REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Ibu Kota India diselimuti asap racun, mendorong kualitas udara di sejumlah daerah "sangat buruk" menjelang musim dingin. Udara dingin menahan polusi dan memicu lonjakan angka sakit pernapasan.
Campuran debu, asap, dan emisi menjadi masalah tahunan bagi pemerintah New Delhi. Asap kendaraan, debu pembangunan, dan asap pembakaran lahan pertanian di negara bagian sebelah Utara Punjab dan Haryana menjadi kontributor terbesar.
"Proyeksi untuk enam pekan ke depan: kualitas udara kemungkinan akan masuk kategori "sangat buruk" sampai "parah," kata kementerian ilmu bumi India, Selasa (5/11/2024).
Kementerian menambahkan skor keseluruhan kota ini pada indeks kualitas udara yang dibuat otoritas polusi utama India adalah 'sangat buruk' di angka 38. Kemungkinan besar angka tersebut akan bertahan hingga Kamis (7/11/2024).
Kisaran indeks 401 hingga 500 masuk ke dalam kategori 'parah', yang menyiratkan kualitas udara buruk mempengaruhi orang-orang yang sehat, tetapi lebih serius bagi mereka yang telah berjuang melawan penyakit.
Data kementerian menunjukkan selama tiga hari terakhir kebakaran lahan pertanian semakin memperbesar polusi, dengan porsi lebih dari 23 persen pada hari Senin (4/11/2024) dari sekitar 15 persen pada hari Sabtu (3/11/2024).
Dewan Pengendalian Polusi Pusat (CPCB) mengatakan pada Selasa ini sekitar sepertiga dari 39 stasiun pemantau kualitas di New Delhi menunjukkan skor 'parah' lebih dari 400. Jauh di bawah skor kualitas udara nol hingga 50 yang dianggap 'baik'.
Grup perusahaan kualitas udara asal Swiss, IQAir, juga menempatkan Delhi sebagai kota paling tercemar kedua di dunia, setelah Lahore di negara tetangga, Pakistan. Pihak berwenang juga mengambil langkah-langkah darurat setelah tingkat polusi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada hari Minggu.
Pemerintah di provinsi timur Punjab, yang merupakan rumah bagi Lahore, telah menyalahkan kualitas udara yang memburuk pada polusi yang masuk dari India, sebuah masalah yang telah berjanji untuk mengambil tindakan dengan negara tetangganya melalui kementerian luar negeri.
Sebelumnya dilaporkan satu hari setelah festival kembang api untuk merayakan Diwali, ibu kota India terselimuti asap hitam beracun. Mendorong kualitas udara di New Delhi ke tingkat berbahaya.
Berdasarkan indeks kualitas udara,!badan pemantau lingkungan India, SAFAR, kualitas udara New Delhi masuk kategori "sangat buruk." Di beberapa daerah, tingkat partikulat mematikan di kota tujuh kali lebih tinggi dari batas aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pemerintah India mengatakan sejak 2017 lalu sudah dilarang penggunaan dan penjualan kembang api tradisional. Pemerintah meminta untuk menggunakan kembang api yang lebih ramah lingkungan atau hanya menyalahkan lilin. Tapi peraturan itu kerap diabaikan.
New Delhi yang berpopulasi lebih dari 33 juta orang kerap berada di peringkat pertama kota paling berpolusi di dunia. Krisis polusi udara semakin parah terutama pada musim dingin ketika pembakaran sisa-sisa tanaman di negara bagian tetangga bertepatan dengan suhu yang lebih dingin yang memerangkap asap yang mematikan.