Rabu 06 Nov 2024 17:41 WIB

Di Hadapan Kader NU Suriah, Ulama Damaskus Ungkap 2 Pilar Utama yang Harus Dijaga Umat

Ulama Damaskus memuji umat Islam Indonesia

Ulama Damaskus Suriah Syekh Ahmad Muhammad Adnan Al-Afyouni menyampaikan nasihat untuk para santri Indonesia di Damaskus.
Foto: Dok Istimewa
Ulama Damaskus Suriah Syekh Ahmad Muhammad Adnan Al-Afyouni menyampaikan nasihat untuk para santri Indonesia di Damaskus.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS-Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Suriah menggelar kajian ilmiah bertema “Peran Ilmu dalam Memperbaiki Akhlak”.

Kegiatan dalam rangkaian Hari Santri Nasional 2024 ini yang berlangsung  di Aula Ma’had Syaikh Muhammad Adnan Al-Afyouni, Damaskus, Suriah, Rabu (30/10/2024) lalu ini dihadiri lebih dari 140 peserta yang terdiri dari santri, alumni, dan mahasiswa dari berbagai universitas di Suriah, termasuk Universitas Mujamma Ahmad Kaftaro dan Universitas Al-Fath.

Baca Juga

Pimpinan Ma’had dan putra dari Mufti Damaskus Almarhum Syekh Adnan Al-Afyouni, Syekh Ahmad Muhammad Adnan Al-Afyouni, menjadi narasumber utama.

Dalam pemaparannya, Syekh Ahmad menyampaikan tentang urgensi ilmu dalam memperbaiki akhlak, mengingat semakin kompleksnya tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini.

Dia menekankan bahwa ilmu dan akhlak adalah dua pilar utama yang harus dijaga oleh setiap Muslim.

Kajian ini sekaligus menjadi refleksi bagi para santri mengenai peran mereka sebagai penerus perjuangan para ulama nusantara, khususnya Nahdlatul Ulama, yang berperan penting dalam menjaga kemurnian Ahlussunnah wal Jamaah.

Syekh Ahmad juga berbagi kisah perjalanannya dua tahun lalu ke Indonesia saat menghadiri acara Sufi Internasional.

Dia mengaku terkesan dengan keberadaan komunitas Nahdliyyin yang besar di Indonesia. "PCINU Suriah dan seluruh Nahdliyyin di luar negeri harus menjadi benteng pertahanan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah," kata dia.

Dalam kajian tersebut, Syekh Ahmad menyoroti tujuh prinsip yang wajib dimiliki seorang thullabul ‘ilm (penuntut ilmu) dalam perjalanan menuntut ilmu, yaitu: keikhlasan, ketawaduan, kejujuran, menjadi pelajar yang wasathi (moderat), memahami apa yang dilakukan, beradab, dan memperbanyak doa.

Prinsip-prinsip tersebut, menurutnya, akan menguatkan akhlak sekaligus menjaga kualitas keilmuan seorang Muslim.

Di akhir kajian, Syekh Ahmad menutup acara dengan doa, dan para santri mendapatkan kesempatan untuk bersalaman dengannya.

Dia mengingatkan peserta akan pentingnya memperbaiki akhlak yang sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, serta menjaga amanah berat yang akan diemban oleh generasi muda Nahdlatul Ulama.

"Tetaplah berpegang pada manhaj wasathiyah dan berdakwahlah dengan cara yang dicontohkan oleh para pendahulu NU," pesannya.

Acara dibuka Ramzy Hammad Atmanagara, anggota Dakesda PCINU Suriah, yang memimpin jalannya kegiatan. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Adha Samaae dari Thailand.

BACA JUGA: Israel, Negara Yahudi Terakhir dan 7 Indikator Kehancurannya di Depan Mata

Wakil Direktur Media Center PCINU Suriah, Muhammad Azka Saifurrohim, menyampaikan kalimat pembuka, memperkenalkan organisasi PCINU kepada para santri internasional yang hadir, serta memaparkan tujuan acara.

Acara ini bukan hanya menjadi momentum peringatan, melainkan juga sebagai pemantik semangat baru bagi para santri Indonesia di luar negeri untuk terus mengokohkan peran mereka dalam memperjuangkan ilmu dan akhlak demi kebaikan umat.

Acara yang seluruhnya berlangsung dalam Bahasa Arab Fusha ini bertujuan untuk mempererat hubungan antarsantri dari berbagai negara, memperdalam pemahaman keilmuan, serta memperkuat iman para peserta melalui nasihat-nasihat tazkiyah yang berlandaskan manhaj wasathiyah (moderasi).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement