REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara dan ke dua pertemuan internasional, yakni G20 dan APEC. Ini memperlihatkan bagaimana Presiden Prabowo Subianto memandang serius dan strategis lawatan ke sejumlah negara untuk Indonesia
Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong memerhatikan sikap dan kebijakan Presiden Prabowo terkait isu luar negeri ini. Kepada sejumlah wartawan, dalam wawancara khusus, Selasa (5/11/224) Lawrence juga melihat kecenderungan bahwa kebijakan luar negeri Prabowo akan lebih aktif ketimbang Presiden Joko Widodo.
PM Wong saat wawancara ditemani oleh Menlu Singapura Vivian Balakrishnan dan Dubes Singapura untuk Indonesia Kwok Fook Seng. PM Wong amat lugas menjawab berbagai pertanyaan terkait kebijakan luar negeri Singapura, pendirian Islamic College, investasi di Ibu Kota Nusantara, pendirian Danantara dan hubungannya dengan Temasek, serta situasi di Myanmar dan Laut Cina Selatan. Ia menjawab dengan amat runut dan lengkap. Sesekali, saat mendapat pertanyaan yang menurutnya menarik, ia terlihat mengubah posisi duduknya untuk lebih condong ke penanya.
Menjawab pertanyaan Republika, terkait kebijakan luar negeri Presiden Prabowo, menurut Lawrence, hal tersebut memang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan Indonesia terutama sebagai negara penting di kawasan. Yang jadi pertanyaan, lanjut PM Wong, adalah apa bentuk pendekatan baru tersebut.
“Apa yang akan dilakukan? Dan Presiden sendiri sudah menyatakan dengan sangat jelas bahwa Indonesia akan menjadi sahabat semua dan akan menjadi tetangga yang baik,” kata dia.
Singapura sendiri, lanjut PM Wong, menganut pendekatan serupa. Bahwa negara tersebut ingin berteman dengan semua negara. Apalagi dalam situasi geopolitik terbaru saat ini. PM Wong setuju bahwa ketegangan politik internasional justru akan semakin meningkat. Hal ini terutama akan ditentukan oleh bagaimana hubungan Amerika Serikat dan Cina.
Bahkan PM Wong menilai, ketidakpercayaan dan saling curiga antara AS-Cina akan semakin dalam. Bukan lagi sekadar konflik di atas kertas, tapi kedua negara, kata dia, bersiap menghadapi konflik. Kedua negara juga terus mengembangkan pengaruhnya di berbagai kawasan dan negara.
PM Wong berpandangan, Singapura khawatir ketegangan AS-Cina malah membuat dunia makin terpecah. Menjadi blok blok yang semakin bersaing, wilayah pengaruh yang saling bersaing. “Seperti yang terjadi pada perang dingin yang lalu,” kata dia.
Itu mengapa, PM Wong menambahkan, Singapura memiliki pendekatan yang sama dengan Indonesia untuk kebijakan luar negeri yang aktif. Memiliki keterlibatan aktif dengan negara-negara besar seperti AS maupun Cina. “Ini bukan berarti kita benar-benar di tengah, bukan berarti kita harus berdiri seimbang secara sempurna di antara keduanya,” kata dia.
“Misalnya satu hari saya mengunjungi Amerika, keesokan harinya saya juga harus melakukan sesuatu dengan Cina,” sambung PM Wong. “Bukan seperti itu.”
Dan untuk Singapura dan Indonesia, ia melanjutkan, yang terpenting, keterlibatan dengan keduanya, sehingga Amerika dan Cina mempunyai kepentingan di Asia Tenggara. Singapura melihat hal ini penting karena dapat menumbuhkan dan memperluas ruang bagi kedua kekuatan tersebut untuk mencapai tujuan mereka hadir di kawasan. Dan bagi ASEAN, dapat memaksimalkan peluang untuk melanjutkan stabilitas dan kemakmuran di Asia Tenggara.
Dan dalam hal ini, PM Wong mengatakan, Indonesia dan Singapura mempunyai kepentingan yang sama. “Kami bukan hanya tetangga yang baik, kami adalah tetangga dekat dan teman baik. Jadi kami berharap dapat bekerja sama secara erat untuk memajukan hubungan ini.” kata PM Wong.