Sabtu 23 Nov 2024 23:48 WIB

Turunkan Polusi di Kawasan Sumbu Filosofi, Pemda DIY Uji Coba Bus Listrik Rp 8 Miliar

Bus listrik digunakan sebagai upaya mendorong transportasi ramah lingkungan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
Pengendara melintas di kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta, yang menjadi salah satu titik Sumbu Filosofis. Pemda DIY mengujicoba bus listrik sebagai bagian mendorong transportasi ramah lingkungan.
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Pengendara melintas di kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta, yang menjadi salah satu titik Sumbu Filosofis. Pemda DIY mengujicoba bus listrik sebagai bagian mendorong transportasi ramah lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA  -- Pemda DIY melakukan uji coba bus listrik sebagai langkah awal menuju penggunaan transportasi berbasis low emission (emisi rendah) di kawasan Sumbu Filosofi, Yogyakarta. Ada dua bus listrik yang diujicobakan, Jumat (22/11/2024).

Uji coba dilakukan dengan rute dari depan Pendopo Wiyoto Praja, Kompleks Kepatihan, kemudian melewati Jalan Mataram, dan menuju ke kawasan Malioboro. Uji coba bus listrik ini melibatkan penilaian dari berbagai pihak terkait keamanan, kenyamanan, dan usia kendaraan.

Sekda DIY, Beny Suharsono mengatakan, bus listrik ini akan menjadi bagian dari upaya untuk menurunkan polusi udara di kawasan Sumbu Filosofi yang juga ditetapkan sebagai warisan dunia. “Ini adalah energi terbarukan dengan listrik yang perlu diuji coba. Selain bus, pengadaan charger juga harus dipastikan ada,” kata Beny.

Beny menyebut, jika evaluasi uji coba ini berjalan dengan baik dan hasilnya memuaskan, maka bus listrik akan digunakan secara bertahap. Selain itu, penggunaan energi listrik diharapkan dapat mendorong perubahan menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan.

“Evaluasi ini sangat penting karena kita akan melihat semua aspek, termasuk seberapa efektif bus listrik ini dalam operasionalnya,” ujar Beny.

Dua bus listrik yang diuji cobakan memiliki kecepatan terbatas maksimal 60 kilometer per jam. Untuk itu, ia menekankan masyarakat harus siap dengan perubahan pola pikir terkait kecepatan kendaraan yang lebih rendah.

Menurut Beny, ini merupakan bagian dari desain kendaraan yang mengutamakan emisi rendah, dan efisiensi energi. “Karena menggunakan energi listrik, bus ini tidak bisa melaju lebih cepat dari 60 kilometer per jam. Evaluasi terhadap efektivitas dan daya tahan mesin juga menjadi hal penting dalam tahap ini,” jelasnya.

Terkait dengan rute operasional, saat ini belum ditentukan. Sebab, rencana evaluasi akan dilakukan menyeluruh untuk menentukan rute yang paling tepat, dengan mempertimbangkan faktor pengurangan emisi, serta dampaknya terhadap kawasan Sumbu Filosofi.

“Nanti setelah evaluasi, rutenya akan ditetapkan. Yang jelas, kita akan melewati Sumbu Filosofi dari utara ke selatan, hingga ke daerah Krapyak,” ungkap Beny.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement