REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang mewabah di China dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Namun Kementerian Kesehatan RI mengimbau agar masyarakat tidak panik, karena virus ini disebut berbeda dengan Covid-19.
Lantas seperti apa karakter virus HMPV? Dokter spesialis penyakit dalam, Kasim Rasjidi, menjelaskan HMPV ini virusnya jenis RNA. Meski mirip dengan Covid-19, yang virusnya juga jenis RNA, namun HMPV sudah ada sejak 24 tahun lalu dan pertama ditemukan di Belanda.
Terkait gejala, dokter Kasim mengungkap gejalanya mirip flu yaitu batuk pilek dan demam, sakit kepala, nyeri sendi dan mual, yang bukan hanya sering didapati pada flu pada umumnya, namun juga pada campak, cacar air, serta flu Singapura. "Menurut saya yang lebih rentan terpapar virus ini adalah penduduk negeri dengan empat musim di pergantian dan selama musim dingin atau salju," kata dokter Kasim saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (7/1/2025).
Bagaimana mencegah paparan virus HMPV? Dokter Kasim mengatakan karena ini infeksi virus, maka pencegahan terbaik adalah menjaga daya tahan tubuh. Penurunan daya tahan akan bikin lebih rentan, gejala lebih lama, pemulihan yang lebih lambat.
Pada anak, usia lanjut, pengguna obat penurun respons daya tahan, kondisi diabetes, obesitas, ketidakselarasan daya tahan tubuh dan orang yang sedang mengalami infeksi lain juga dinilai lebih berisiko. "Penjagaan daya tahan tubuh adalah dengan tetap bergerak sehingga metabolisme aktif. Pastikan kena paparan sinar matahari pagi sambil aktif bergerak sampai berkeringat dan denyut nadi cepat, meski mendung," kata Health Coach sekaligus Pengagas Indonesia Sehat Selaras ini.
Untuk makanan, kata dokter Kasim, pastikan asupan sayur hijau banyak karena itu adalah bahan baku pembentukan protein. Daya tahan tubuh perlu protein, salah satunya bernama imunoglobulin yang dari namanya saja sudah menunjukkan bahwa itu protein.
Selain itu, buah segar lokal sangat diperlukan, karena vitamin dan mineralnya sangat diperlukan untuk membantu reaksi di seluruh tubuh. Minimalkan segala sesuatu yang menggunakan bahan baku terigu dan gula. Meski sekarang terigu disebut tepung gandum, namun sebenarnya itu tetap pati, sangat jauh dari arti tepung terigu yang sebenarnya. Terigu dan gula termasuk karbohidrat simple yang sangat memicu inflamasi, dimulai dari lapisan usus.
Dengan meminimalkan konsumsi terigu dan gula juga akan membantu negara karena untuk kedua bahan ini Indonesia ada di peringkat atas untuk negara pengimport. "Jadi apakah ada kemungkinan menjadi wabah? Ingat kuncinya adalah daya tahan tubuh, itu yang harus kita maksimalkan sendiri," kata dokter Kasim.