Selasa 14 Jan 2025 11:07 WIB

Respons Bapanas dan Bulog soal Harga Gabah di Bawah HPP

Bulog sudah mempersiapkan beberapa strategi untuk melakukan penyerapan gabah petani.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Petani merontokkan padi di lahan persawahan di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (6/11/2023). Berdasarkan keterangan petani, saat ini harga gabah kering di tingkat petani naik hingga Rp750 ribu per kuintal. Nilai harga tersebut mengalami perubahan dari harga sebelumnya yang hanya Rp500 ribu. Kenaikan tersebut diakibatkan oleh pasokan panen padi yang berkurang karena faktor musim kemarau.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petani merontokkan padi di lahan persawahan di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (6/11/2023). Berdasarkan keterangan petani, saat ini harga gabah kering di tingkat petani naik hingga Rp750 ribu per kuintal. Nilai harga tersebut mengalami perubahan dari harga sebelumnya yang hanya Rp500 ribu. Kenaikan tersebut diakibatkan oleh pasokan panen padi yang berkurang karena faktor musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi angkat bicara mengenai harga gabah kering panen (GKP) yang masih berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Arief menyampaikan Bapanas telah menaikkan HPP dari Rp 6.000 per kg menjadi Rp 6.500 per kg gabah kering panen di tingkat petani dan gabah kering panen di penggilingan naik dari Rp 6.100 per kg menjadi Rp 6.700 per kg per Senin (13/1/2025) lalu.

"Tugas kita bersama untuk menjaga harga HPP Rp 6.500 per kg," singkat Arief saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (14/1/2025).

 

Arief memastikan akan terus melakukan pemantauan secara intensif terkait dinamika harga gabah di lapangan. Arief menyampaikan hal ini juga bentuk persiapan dalam menyambut panen raya. 

 

"Ini baru awal, kita harus siapkan lebih baik saat Panen Raya nanti, yang mana GKP bisa lebih dari 13 juta ton sebulan," ucap Arief. 

 

Sebelumnya, Bulog siap melakukan penyerapan mulai dari titik-titik panen yang sudah melakukan panen terlebih dahulu di beberapa daerah. Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengatakan Bulog sudah mempersiapkan beberapa strategi untuk melakukan penyerapan gabah/beras petani dalam negeri jelang memasuki masa panen raya.

 

Suyamto mengatakan Bulog juga melakukan optimalisasi infrastruktur seperti Sentra Pengolahan Padi dan Sentra Pengolahan Beras yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, Bulog pun melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian di tiap wilayah kerja untuk memonitoring titik panen.

 

"Sambil menunggu keputusan berlakunya penyesuaian HPP untuk Gabah dan Beras yang terbaru hasil keputusan Rakortas 15 Januari 2025 nanti, Bulog melibatkan stakeholders untuk mulai melakukan monitoring beberapa titik panen yang mungkin sudah dimulai menjelang panen raya yang diperkirakan dimulai pada Februari," ujar Suyamto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (12/1/2025).

 

Suyamto menyampaikan tim Bulog sudah mempunyai data prakiraan panen sesuai KSA BPS dan data Luas Realisasi Tanam dari Dinas Pertanian. Selain itu, Bulog juga sudah menyiapkan titik titik pembelian gabah petani dengan menggunakan sarana pengolahan sendiri maupun bekerja dengan mitra penggilingan.

 

"Menyesuaikan target penyerapan kami di angka 3 juta ton untuk 2025, kami juga membentuk Tim Jemput  Gabah untuk pengoptimalan penyerapan agar dapat dilakukan secara masif dan sesuai ketentuan/spesifikasi yang berlaku," ucap Suyamto. 

 

Suyamto menyampaikan Bulog dalam periode saat ini pun masih melakukan penyerapan dengan mengacu pada HPP yang telah ditentukan sebelumnya. Bulog, lanjut dia, akan berupaya memenuhi target penyerapan sebagai bentuk komitmen dalam mendukung program pemerintah, 

 

"Bulog terus melakukan monitoring di titik-titik panen yang sudah berjalan dan tentunya akan melakukan penyerapan sesuai dengan peraturan dan ketentuan pemerintah yang berlaku," kata Suyamto. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement