Rabu 15 Jan 2025 07:54 WIB

Gempa Kuat Hancurkan Biara-Biara di Tibet, Kerusakan Budaya dan Kehidupan Religius

Gempa 6,8 magnitudo menghancurkan dua biara Buddha dan merusak ribuan rumah warga

Rep: Lintar Satria/ Red: Intan Pratiwi
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, petugas penyelamat mencari korban selamat setelah gempa bumi di Kecamatan Changsuo, Dingri, Xigaze, Daerah Otonomi Tibet, China barat daya pada Selasa, 7 Januari 2025.
Foto: Xinhua Via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, petugas penyelamat mencari korban selamat setelah gempa bumi di Kecamatan Changsuo, Dingri, Xigaze, Daerah Otonomi Tibet, China barat daya pada Selasa, 7 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TIBET -- Gempa bumi berkekuatan 6,8 magnitudo mengguncang Tibet pada Selasa (7/1/2025), menghancurkan dua biara Buddha dan merusak ribuan rumah warga. Hingga kini, belum ada laporan pasti mengenai jumlah biarawan dan biarawati yang terluka dalam bencana tersebut.

Menurut laporan China Tibet Online, gempa ini menyebabkan atap dan dinding biara yang terletak sekitar 15 kilometer sebelah timur episentrum di Kabupaten Tingri menjadi puing-puing.

Biara-biara di Tibet memiliki makna penting, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan spiritual bagi masyarakat setempat. Tradisi keluarga di Tibet umumnya mengirimkan setidaknya satu putra mereka untuk belajar di biara.

Otoritas lokal melaporkan sekitar 3.600 rumah mengalami kerusakan akibat gempa. Namun, jumlah pasti biara yang terdampak belum diumumkan. Hingga saat ini, terdapat 126 korban jiwa akibat gempa tersebut, tetapi pihak berwenang belum memberikan pembaruan resmi sejak 7 Januari 2025.

Pada Selasa (14/1/2025), China Tibet Online mengabarkan bahwa sejumlah biarawati di Kuil Dzongbu terjebak dalam puing-puing.

Tim penyelamat berhasil mengevakuasi mereka dan memindahkan ke fasilitas aman di luar kuil. Selain itu, benda-benda pusaka di Biara Sengar Chode yang didirikan pada 1514 telah diamankan oleh pejabat pemerintah kabupaten.

Hingga kini, tercatat 3.614 gempa susulan terjadi, termasuk dua gempa berkekuatan 4,9 dan 5,0 yang mengguncang wilayah sekitar episentrum.

Pejabat setempat melaporkan bahwa beberapa bangunan keagamaan paling signifikan tidak mengalami dampak langsung dari gempa, seperti Biara Tashilhunpo—tempat tinggal Panchen Lama, Biara Shalu, dan Biara Pelkor Chode. Sementara itu, Biara Sakya, pusat sekolah Sakya dalam agama Buddha Tibet, dilaporkan hanya mengalami kerusakan kecil.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement