Rabu 15 Jan 2025 19:56 WIB

Rencana Pembatasan Usia Medsos Dinilai Berdampak Baik untuk Psikologis Anak

Menurut psikolog, aturan pembatasan medsos sangat mungkin dapat penolakan dari anak.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ibu dan anak (ilustrasi). Rencana pembatasan media sosial dinilai akan berdampak baik pada anak.
Foto: Republika
Ibu dan anak (ilustrasi). Rencana pembatasan media sosial dinilai akan berdampak baik pada anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana membuat aturan pembatasan usia pengguna media sosial di Indonesia untuk melindungi anak-anak di ruang digital. Menanggapi rencana ini, psikolog klinis anak dan remaja dari Universitas Indonesia, Andini Sugeng, menilai aturan ini dapat berdampak baik bagi psikologis anak.

Andini menjelaskan penggunaan waktu yang tadinya dipakai untuk mengakses media sosial bisa digunakan untuk berinteraksi langsung dengan teman atau keluarga, sehingga keterampilan sosialnya bisa terasah. Dengan begitu, anak pun akan dapat mengkomunikasikan ide, pikiran, dan perasaannya.

Baca Juga

“Saat anak tidak diberikan akses menggunakan media sosial, mereka juga dapat menggunakan waktu tersebut untuk melakukan kegiatan yang positif seperti bermain dengan teman, olahraga, atau mengerjakan hobinya. Jadi aturan ini bisa berdampak baik bagi psikologis anak,” kata Andini saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (15/1/2025).

Andini mengatakan, pembatasan media sosial juga bisa membuat anak menjadi lebih sehat secara fisik. Pasalnya, anak yang biasanya scrolling dan menghabiskan waktu berjam-jam melihat media sosial, dapat didorong untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan beraktivitas fisik.

“Saat anak lebih banyak beraktivitas fisik, bergerak, maka kesehatan fisik anak juga semakin baik kan. Anak juga bisa terhindar dari paparan kurang baik atau tidak sehat dari kemungkinan adanya tontonan atau informasi yang tidak sesuai usianya,” kata Andini.

Namun demikian, aturan pembatasan media sosial ini sangat mungkin mendapat penolakan dari anak itu sendiri. Karenanya menurut Andini, orang tua perlu memberikan pemahaman dan pengertian terkait manfaat dari aturan ini.

“Komunikasikan tentang adanya aturan baru tersebut. Orang tua bisa ajak anak membaca aturan tersebut, lalu bisa ditambahkan penjelasan sesuai kemampuan pemahaman anak, dengarkan apa yg menjadi pendapat atau alasan anak dengan kembali ingatkan adanya aturan baru tersebut,” kata Andini.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement