Kamis 16 Jan 2025 16:47 WIB

BPOM Targetkan Sistem Pengawasan Berkelas Dunia, Ini Strateginya

Standarisasi tertinggi WHO itu akan memperkuat posisi Indonesia di kancah global.

Rep: Ferry Bangkit Rizki / Red: Arie Lukihardianti
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar  saat mengunjungi perusahaan farmasi PT Cendo di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Kamis (16/1/2025).
Foto: Ferry Bangkit
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar saat mengunjungi perusahaan farmasi PT Cendo di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Kamis (16/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menargetkan masuk dalam daftar WHO-Listed Authority (WLA), yang merupakan pengakuan bergengsi di dunia bagi lembaga pengawas obat dan makanan. Dalam waktu dekat, WHO akan melakukan assesment.

"Dalam waktu dekat, Badan Pengawas Obat dan Makanan akan mengalami asesment dari WHO. Untuk apa? untuk mengakreditasi posisinya masuk kepada level tertinggi yang kita sebut dengan maturitas level 4 yang dalam konteks sertifikatnya nanti yang akan kita dapatkan yang disebut dengan WHO List Authority atau WLA," ujar Kepala BPOM Taruna Ikrar ketika mengunjungi PT Cendo di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/1/2025).

Baca Juga

Dia mengatakan, standarisasi tertinggi WHO itu akan memperkuat posisi Indonesia di kancah global. Menurutnya, reputasi Indonesia di bidang pengawasan obat dan makanan akan setingkat dengan negara-negara maju jika sudah menyandang status WLA. Taruna mengatakan, hingga saat ini baru ada 30 negara yang berstatus WLA.

"Apa pentingnya ini? kita berarti sudah sejajar dengan negara maju. Yang sekarang jumlahnya cuma 30, dari 196 negara. Kita mudah-mudahan bisa masuk ke jajaran yang itu. Jadi kita sudah setara dengan Badan POM-nya Amerika, Eropa, dan sebagainya," kata Taruna.

Sehingga untuk mengejar target itu, BPOM pun melakukan monitoring melalui Program Pembinaan Wadah Komunikasi Antara Pelaku Usaha dengan Regulator. Ada ribuan Industri farmasi yang berada dibawah pengawasan BPOM, namun Industri farmasi yang berskala besar di Indonesia tercatat ada sebanyak 240 perusahaan.

"Salah satunya PT Cendo, kemarin kita juga melakukan lawatan ke PT Bio Farma, Cendo, dan selanjutnya kami akan berkunjung juga ke Sanbe, semuanya sama evaluasi dan kontroling," katanya.

Taruna menjelaskan, salah satu penilaian mendapatkan sertifikasi WLA, yakni bagaimana memastikan Industri farmasi besar seperti PT Cendo berjalan sesuai prosedur dari hulu ke hilir.

"Monitoring, evaluasi kita perlu lakukan karena salah satu penilaiannya, dia adalah perusahaan yang ada di bawah itu akan secara acak dia akan melakukan koresponden atau interaktif untuk melihat sejauh mana regulasi yang kita lakukan," katanya.

Selain itu, kunjungannya ke PT Cendo yakni untuk memastikan kerja sama pemerintah dengan Industri farmasi harus berjalan dan berkesinambungan. Taruna menyebut PT Cendo memiliki spesifikasi yang baik. Saat ini sejumlah produk PT Cendo seperti obat mata, obat tetes mata, anti biotik mata, anti inflamasi, glukoma, dan sebagainya memiliki inovasi yang menarik.

"Tidak memakai pengawet dan sebagainya. Itu kan tidak jarang. Dan saya melihat cukup advance teknologi ini. Itu yang mengembirakan. Sehingga saya berpikir dengan kunjungan kami ini, kami ingin memotivasi," katanya.

Sementara Direktur PT Cendo Donny Herdiana mengaku dalam 100 hari kinerjanya bersedia memberikan memberikan wadah komunikasi dan membimbing Industri farmasi untuk lebih berkembang dalam hal inovasi.

"Kami rasa perlu didukung lebih banyak guna kami bisa melayani lebih banyak kebutuhan masyarakat Indonesia dan tentunya juga bagaimana kami bisa ekspor dan juga penelitian tadi obat-obatan asli Indonesia juga kami akan fokus di sana juga untuk mendukung program dari pemerintah," kata Donny.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement