Selasa 28 Jan 2025 22:08 WIB

Hizbullah Ultimatum Israel Jika Masih Duduki Wilayah Lebanon

Israel masih menduduki sejumlah wilayah Lebanon Selatan

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Syekh Naim Qassem, Sekjen Hizbullah Lebanon
Foto: ISNA
Syekh Naim Qassem, Sekjen Hizbullah Lebanon

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Sekretaris Jenderal Hizbullah Syekh Naim Qassem dengan tegas menolak perpanjangan tenggat waktu bagi penarikan mundur tentara Israel sang penjajah dari Lebanon selatan.

Syekh Qassem menekankan bahwa tidak akan ada tenggat waktu satu hari pun. Dia menggambarkan kelanjutan pendudukan oleh Israel sebagai agresi terhadap kedaulatan.

Baca Juga

Syekh Qassem menyatakan bahwa menghadapinya adalah tanggung jawab bersama oleh semua orang, pemerintah, rakyat, perlawanan, partai-partai, dan semua aliran.

Dalam pidato yang disampaikan pada Senin (27/1/2025), Syekh Qassem bersikeras bahwa Israel harus mundur karena waktu 60 hari telah berlalu, dan menolak pembenaran apapun untuk memperpanjang tenggat waktu, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Selasa (28/1/2025).

Syekh Qassem menegaskan bahwa pihak perlawanan memiliki hak untuk bertindak sesuai dengan keinginan mereka mengenai bentuk, sifat, dan waktu konfrontasi.

Syekh Qassem juga memperingatkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika Serikat, Prancis, dan Israel sang penjajah memikul tanggung jawab atas segala konsekuensi yang muncul dari penundaan penarikan pasukan Israel dari Lebanon.

Dia mempertanyakan apakah Washington benar-benar mengharapkan siapa pun di Lebanon untuk menerima perpanjangan agresi Israel. Syekh Qassem menyatakan bahwa penerimaan semacam itu tidak akan terjadi.

Selain itu, Syekh Qassem mengungkapkan informasi yang mengindikasikan bahwa Amerika menghubungi para pejabat Lebanon dan menyarankan untuk memperpanjang perjanjian hingga 28 Februari 2025, yang berarti Israel tidak akan menarik diri hingga tanggal tersebut.

Menurutnya, para pejabat Lebanon menanggapi dengan penolakan. Dia juga mencatat bahwa saran berikutnya untuk memperpanjang tenggat waktu hingga 18 Februari 2025 juga ditolak.

Kemudian, Amerika dilaporkan berargumen untuk mempertahankan kontrol atas “lima situs yang menghadap ke perbukitan,” yang juga ditolak oleh para pejabat Libanon. Syekh Qassem menegaskan bahwa Presiden Lebanon Joseph Aoun tidak dapat memberikan satu pun keuntungan kepada Israel.

BACA JUGA: Perburuan Tentara Israel di Brasil dan Runtuhnya Kekebalan Negara Zionis

Adegan Kemenangan

Mengomentari pemandangan warga Lebanon selatan yang kembali ke desa-desa perbatasan mereka setelah berakhirnya batas waktu 60 hari, Syekh Qassem menggambarkannya sebagai pemandangan kemenangan.

Dia menekankan bahwa para pejuang perlawanan berada di lapangan dan tidak meninggalkannya, berdiri dengan kepala tegak, dengan perlawanan yang teguh dan kuat.

photo
KOnflik Israel-Hizbullah dalam Angka - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement