REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) keluar dari Just Energy Transition Partnership (JETP). JETP merupakan kolaborasi antara negara kaya untuk membantu negara berkembang melakukan transisi dari batu bara ke sumber energi yang lebih bersih.
JETP yang terdiri atas 10 negara donor pertama kali diperkenalkan di Pertemuan Perubahan Iklim PBB di Glasgow, Skotlandia pada 2021. Afrika Selatan, Indonesia, Vietnam dan Senegal menjadi penerima pertama pinjaman, jaminan keuangan dan hibah untuk transisi dari batu bara.
Kepala Unit Pengelolaan JETP di Afrika Selatan Joanne Yawitch mengatakan, AS sudah berkomunikasi dengannya mengenai rencana keluar dari kolaborasi tersebut. Dua pejabat pemerintah Vietnam yang mengetahui persoalan ini mengatakan Washington mundur dari JETP di Vietnam.
Salah satu sumber mengatakan AS juga keluar dari semua program JETP, termasuk di Indonesia. Sumber lain mengatakan AS sudah keluar dari JETP di Indonesia dan Afrika Selatan.
“Kami telah diberitahu AS mengenai penarikan diri mereka, masih ada dana yang signifikan yang tersedia, dan International Partners Group tetap berkomitmen penuh untuk mendukung Afrika Selatan dalam mewujudkan transisi energi yang adil melalui kemitraan ini,” kata sumber lain yang berbasis di Afrika Selatan.
Sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat pada bulan Januari, Washington telah memangkas bantuan luar negeri dan memperjuangkan pengembangan bahan bakar fosil.
Departemen Luar Negeri AS belum menanggapi permintaan komentar. Sumber-sumber tersebut menolak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara mengenai masalah ini.
Komitmen AS untuk Indonesia dan Vietnam mencapai 3 miliar dolar AS lebih, sebagian besar melalui pinjaman komersial. Sementara komitmen untuk Afrika Selatan sebesar 1,06 miliar dolar AS jauh dari 11,6 miliar dolar AS yang dijanjikan untuk negara tersebut.
Lembaga think-tank Institute for Essential Services Reform (IESR) menjelaskan, sesuai dengan kesepakatan JETP,m yang disetujui Pemerintah Indonesia dan International Partners Group (IPG), inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat transisi energi di sektor kelistrikan, meningkatkan bauran energi terbarukan di sistem kelistrikan dan mencapai puncak emisi sebesar 290 juta ton karbon dioksida di 2030.
Untuk mencapai target tersebut, komitmen pendanaan sebesar 20 miliar dolar AS telah disepakati, terdiri atas 10 miliar dolar AS dari IPG dan 10 miliar dolar AS dari Glasgow Financial Alliance for Net-Zero (GFANZ), yang melibatkan berbagai bank serta lembaga keuangan.