REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mempertimbangkan opsi untuk melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) pada malam hari. Langkah ini diambil sebagai upaya antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu banjir di wilayah ibu kota, sesuai arahan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Pemprov DKI melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta terkait hal itu telah meminta bantuan pesawat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk bisa diterbangkan pada malam hari. "Karena Pemprov DKI Jakarta melalui BPBD ini mempunyai keterbatasan untuk pesawat yang terbang malam. (Pesawat untuk penerbangan malam) itu dimiliki oleh BNPB," ujar Sekretaris Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Maruli Sijabat di Balai Kota Jakarta, Selasa (11/3/2025).
Menurut Maruli, selain Jakarta, BNPB juga akan membantu pelaksanaan OMC malam hari di dua provinsi lain yakni Banten dan Jawa Barat. "Untuk pelaksanaan OMC-nya, kami siagakan satu hari itu dua flight (penerbangan). Dua flight itu standar, namun demikian kita melihat perkembangan di lapangan," ujar Maruli.
Adapun pelaksanaan OMC, kata dia, sesuai dengan arahan dari BMKG. Ini terkait potensi pertumbuhan awan hujan. Dengan kata lain, OMC dilakukan bila ada potensi awan hujan.
"Namun kalau misalnya tidak ada pertumbuhan awan hujan, maka kita tidak lakukan OMC. Demikian pada malam hari. Jadi kita menunggu untuk pelaksanaan OMC-nya dari BMKG," kata Maruli.
Pada hari ini, Pemprov DKI bersama Pemprov Banten, dan Pemprov Jawa Barat melaksanakan OMC hingga 20 Maret 2025. Dalam operasi tersebut, nantinya akan dilakukan sortie penerbangan 2-3 kali per hari, namun ini menyesuaikan potensi pertumbuhan awan hujan.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi curah hujan sebanyak 70-80 persen. "Pengalaman dari Desember sampai dengan kemarin bulan Februari, Maret awal itu cukup signifikan dan sampai dengan 70 persen (curah hujan yang berkurang)," kata dia.