Rabu 07 May 2025 19:45 WIB

Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu-Tempe Menjerit

Harga kedelai melonjak hingga mendekati Rp 10 ribu per kilogram.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Pekerja menyaring ampas tahu di salah satu pabrik tahu dan tempe rumahan.
Foto: ANTARA FOTO/Andry Denisah
Pekerja menyaring ampas tahu di salah satu pabrik tahu dan tempe rumahan.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gabungan pelaku usaha yang bernaung dalam Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Tengah (Jateng) mengeluhkan tingginya harga kedelai selama sekitar dua bulan terakhir. Harga kedelai saat ini hampir mencapai Rp 10 ribu.

"Tentang permasalahan kedelai ini yang sudah biasa menjadi topik setiap tahun pastinya, karena ada lonjakan harga yang dari awalnya Rp 8.000-an (per kilogram), ini sudah Rp 9.000 lebih, bahkan hampir Rp 10 ribu," ungkap Ketua Kopti Jateng Sutrisno Supriantoro ketika melakukan audiensi dengan Gubernur Jateng Ahmad Luthfi di kantornya, Rabu (7/5/2025).

Baca Juga

Sutrisno menambahkan, kenaikan harga kedelai telah berlangsung selama sekitar dua bulan terakhir. "Yang kita sampaikan ke beliau (Ahmad Luthfi) adalah kekhawatiran kita dan kita berharap adanya dukungan dari pemerintah pusat terhadap gejolak yang terjadi," ucapnya.

Menurut Sutrisno, kenaikan harga kedelai tidak terlepas dari perang dagang yang tengah berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan China. "Ini pengaruhnya ke kita. Stok-stok dari importir juga sudah menipis," ujarnya.

Dia menjelaskan, 90 persen impor kedelai Indonesia berasal dari AS. Namun kini China menolak membeli produk kedelai Negeri Paman Sam. Sutrisno menyebut, hal itu turut berpengaruh pada pasokan kedelai ke Indonesia.

"Karena biasanya titip angkutannya. Dari Amerika sana, lewat China, langsung ke Singapura, ke Indonesia. Nah sekarang kalau China enggak (membeli kedelai AS)? Ini salah satu faktor menjadikan harga kedelai naik," kata Sutrisno.

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi mengungkapkan, tata niaga kedelai diatur pemerintah pusat. Namun dia mengatakan akan membantu menyampaikan keluhan dari Kopti Jateng.

“Untuk tata niaga kedelai memang harus koordinasi kementerian terkait. Kita harus menyesuaikan kebijakan pusat," ujarnya.

Sementara itu Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Pemprov Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko, menambahkan, saat ini harga kedelai memang mengalami kenaikan. Namun dia mengeklaim angkanya masih di bawah harga acuan pemerintah (HAP), yakni Rp 12 ribu per kilogram. Karena itu Pemprov Jateng belum bisa mengambil kebijakan intervensi dengan pemberian subsidi.

“Saat ini harga rata-rata kedelai Rp 11.100 (per kilogram), jadi belum bisa diintervensi dengan mengeluarkan subsidi,” kata Sujarwanto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement