Senin 26 May 2025 14:03 WIB

Hasan Nasbi: Stair Lift di Candi Borobudur untuk Presiden Macron

Pemasangan stair lift di Candi Borobudur permintaan pemerintah Prancis.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi.
Foto: Antara/Mentari Dwi Gayati
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menjelaskan, pemasangan stair lift atau eskalator nonpermanen di Candi Borobudur, Magelang, ditempuh pemerintah berdasarkan permintaan dari Pemerintah Prancis. Hal itu dalam rangka kunjungan resmi Presiden Emmanuel Macron ke candi terbesar di Indonesia tersebut.

Hasan mengatakan, fasilitas yang disiapkan pemerintah merupakan sarana bantu sementara guna mendukung kelancaran kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke situs warisan dunia tersebut. Selain itu, Macron juga diagendakan berkunjung ke Akademi Militer (Akmil) Magelang.

Baca Juga

"Pemerintah kita, tanggal 28 atau 29 bulan ini akan menerima kunjungan kenegaraan dari negara yang sangat penting. Negara Perancis. Ini tentu sangat penting bagi Indonesia," kata Hasan di kantor PCO, Gambir Jakarta Pusat, Senin (26/5/2026).

Menurut Hasan, kunjungan Presiden Macron akan didampingi langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Sebagai bagian dari agenda kunjungan kenegaraan, kata Hasan, pemerintah ingin memastikan tamu negara dapat mengakses dan menikmati keindahan serta kemegahan Candi Borobudur secara optimal, meskipun dengan waktu yang terbatas.

“Candi Borobudur itu kira-kira setinggi gedung 12 lantai. Jadi, Presiden Perancis tentu dalam kunjungan kenegaraan waktunya terbatas," ujar Hasan.

Karerna itu, pemerintah menyiapkan dua fasilitas pendukung, yakni ramp atau jalur landai hingga level keempat, serta stair lift, semacam kursi bantu naik yang dipasang di sisi tangga, untuk menjangkau level atas hingga lantai ketujuh atau kedelapan.

Hasan menyatakan, seluruh pemasangan dilakukan dengan prinsip konservasi yang ketat. "Itu semua dibangun dengan pengawasan dari Kementerian Kebudayaan dan tidak ada paku, tidak ada bor. Jadi hanya ditaruh. Didudukkan, ditaruh saja. Jadi nanti ketika misalnya itu selesai, itu bisa dibongkar dengan mudah," jelas Hasan.

Dia juga menegaskan, semua proses dilakukan di bawah pengawasan otoritas berwenang guna memastikan pelestarian warisan budaya tetap terjaga. Penjelasan itu disampaikan Hasan untuk meredam kekhawatiran publik atas spekulasi yang berkembang di media sosial terkait potensi kerusakan cagar budaya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement