REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Presiden RI, Boediono menilai keuangan syariah memiliki keunggulan khusus dibanding keuangan konvensional. Menurutnya hal ini telah menjadi rambu-rambu tersendiri dalam operasional keuangan Islam dan membuatnya bertahan dari malapetaka krisis ekonomi di 2008 dan 2009 lalu.
''Syariah memiliki rambu khusus antara kegiatan keuangan dari sektor rill,'' katanya dalam pembukaan Joint High Level Conference of Islamic Finance, Senin (18/7). Selain itu, ia berujar, sistem keuangan ini juga memperkecil risiko decupling antara risiko dan imbalan.
Ia berujar, keunggulan ini harus terus dipertahankan. Ia menegaskan, hal ini harus dipelihara meskipun terdapat tren konvergensi antara keuangan syariah dan konvensional.
Sistem keuangan syariah global tumbuh pesat hingga lebih dari 20 persen sejak tahun 2000. Meskipun dimulai dari tingkat kecil, yaitu satu persen dari total aset keuangan global, pada 2012 diperkirakan keuangan ini bakal mencapai 1.600 miliar dollar AS.
Dalam laporan IDB-IFSB, secara global terdapat 500 lembaga keuangan Islam yang menunjukan peningkatan aset pesat, dari 639 miliar dolar AS di 2008 menjadi 822 miliar di 2009 atau sekitar 29 persen. Sebagai pembanding, dalam priode yang sama, pertumbuhan dari seribu top bank konvensional hanya sekitar enam hingga tujuh persen.
Untuk sukuk, penerbitan instrumen pembiayaan ini secara global mencapai 50 miliar dolar AS di 2010, dengan penerbit terpenting Malaysia sebesar 33 miliar dolar AS. Indonesia sendiri baru berhasil menerbitkan sukuk sekitar 3 miliar dolar AS.
Sementara itu, keunggulan serupa juga diakui Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution. Saat ditemui di tempat yang sama, ia berujar perlambatan ekonomi di sejumlah negara seperti AS dan Eropa mau tak mau dapat berpengaruh pada Indonesia termasuk keuangan syariah. ''Namun karena lebih mengarah ke usaha kecil dan menengah, hal ini mungkin tak akan berdampak besar,'' jelasnya.
Perbankan syariah di Indonesia, dalam waktu 10 tahun terakhir telah berhasil meningkatkan aset hingga 56 kali lipat. Terjadi peningkatan aset dari Rp 1,79 pada 2000 menjadi Rp 100,2 triliun di akhir 2010.
Laju pertumbuhan secara impresif tercatat 50,58 persen per tahun. Sepanjang 2010, perbankan syariah tumbuh dengan volume usaha yang sangat tinggi yaitu sebesar 46,98 persen.
Per April 2011, BI mencatat terdapat 11 bank umum syariah (BUS), 23 unit usaha syariah (UUS) dan 153 bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) serta 1884 jaringan kantor layanan syariah. Perbankan syariah didukung enam ribu jaringan ATM Bersama dan tujuh ribu ATM Prima.