REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Banjir rob menerjang permukiman warga Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu setiap hari selama lebih dari sepuluh tahun terakhir. Kondisi itu tak hanya mengganggu aktivitas dan kesehatan warga, namun juga berdampak pada ekonomi mereka.
Ratusan warga Desa Eretan Wetan pun ramai-ramai menggeruduk DPRD Indramayu, Senin (23/6/2025). Mereka kompak menyuarakan adanya kepedulian dan solusi nyata dari para wakil rakyat. Tak hanya kaum pria, demo juga diikuti para ibu-ibu. Pasalnya, merekalah yang paling merasakan dampak dari rob tersebut, termasuk harus selalu bersih-bersih rumah setiap kali banjir datang.
“Kami datang ke sini karena sudah capek, banjir rob datang setiap hari sampai masuk ke rumah setinggi paha. Anak saya lima masih kecil-kecil, untuk sekedar tidur pun susah, gak bisa tidur,” ujar seorang warga Blok Pang Pang Desa Eretan Wetan, Wasini (48) kepada Republika.
Wasini mengatakan, perabot rumahnya terendam banjir, termasuk tempat tidur. Karena itu, ia terpaksa membuat semacam panggung kayu untuk dijadikan tempat tidur di dalam rumah. “Saya terpaksa ngutang ke bank emok Rp 6 juta buat bikin panggung kayu untuk tempat tidur. Dan panggung kayu itu harus ditinggiin terus karena ketinggian banjir rob juga terus bertambah,” keluh Wasini.
“Kalau punya uang, pasti saya sudah pindah rumah. Tapi kan uang gak punya, jadi terpaksa tetap tinggal di sana,” imbuh Wasini.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Febri (38). Ia mengaku sangat lelah karena banjir rob terjadi tiga kali dalam sehari. “Gak bisa tidur. Harus bikin panggung kayu dan itupun harus ditambah tinggi lagi, tinggi lagi, biar gak kena banjir. Sedangkan kalau lagi banjir, suami gak bisa jual ikannya,” kata perempuan yang suaminya bekerja sebagai nelayan tersebut.
Selain tak bisa tidur, kata Febri, anaknya yang masih kelas tiga SD juga harus digendong ke sekolah jika banjir rob datang di pagi hari. Pasalnya, banjir yang menggenangi jalan hingga nyaris sepinggang tidak mungkin dilalui kendaraan bermotor.
Rendaman banjir rob yang membawa lumpur dan sampah juga membuat rumah warga menjadi kotor. Tak hanya itu, banjir terkadang membawa ular yang ikut masuk ke dalam rumah warga. Dalam aksi itu, warga meminta agar ada pembuatan senderan atau tanggul di sepanjang sungai dengan sistem saluran air yang membuka dan menutup secara otomatis. Warga juga siap melakukan penanaman mangrove.
Hingga berita ini diturunkan, massa sedang berjalan kaki menuju Pendopo Indramayu. Mereka bahkan mengancam akan bermalam di Pendopo Indramayu jika tidak direspon oleh Bupati Lucky Hakim.