REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Umat Islam baru saja memasuki bulan pertama dalam kalender Hijriyah yakni Muharram.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al-Washliyah, KH Masyhuril Khamis mengatakan bahwa peristiwa hijrah adalah momentum penting dalam perjalanan risalah Islam, juga sebagai bagian strategi perluasan dakwah Islam.
Kiai Masyhuril menjelaskan, hijrah bisa bermakna tiga hal. Pertama, hijrah makaniyah di mana terjadinya perpindahan kaum Muslimin yang sudah dikader di Makkah oleh Rasululullah SAW menuju Madinah yang dulu di sebut Yatsrib. Ini juga disebut hijrah insaniyah.
"Kedua, hijrah qalbiyah atau juga hijrah maknawiyah yaitu hijrah untuk peningkatan kualitas nilai-nilai ketaqwaan, hijrah ini juga disebut hijrah tsaqafiyah atau hijrah kebudayaan dari tradisi jahiliyah menuju budaya islamiyah," kata Kiai Masyhuril kepada Republika, Jumat (27/6/2025)
Ketiga, ujar dia, hijrah jihadiyah yaitu hijrah untuk dakwah islamiyah atau disebut juga hijrah islamiyah. Di mana semua umat Islam harus punya kepasrahan hanya kepada Allah SWT.
Setelah hijrah, Rasulullah membangun Madinah menjadi kota yang memancarkan cahaya, cahaya kebenaran, cahaya kemenangan, Madinah Al Munawwarah.
Kiai Masyhuril mengatakan, setidaknya ada empat hal penting yang dilakukan Rasulullah SAW. Pertama, membangun masjid Quba dan membangun masjid Nabawi dengan tujuan membangun nilai-nilai taqwa, nilai-nilai berjamaah, persatuan dan persaudaraan.
"Kedua, menguatkan ikatan persaudaraan Muhajirin dan Anshar sebagai basis kekuatan membangun umat," ujar Kiai Masyhuril.