REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Sosial dan Publik, Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo alias Deddy Corbuzier menyebut, pengibaran bendera One Piece menjelang HUT RI 17 Agustus tidak menjadi masalah. Asalkan, tetap menghormati posisi dan kesakralan bendera Merah Putih.
"Tidak ada masalah. Silakan, selama bendera One Piece-nya tidak dikibarkan di atas bendera Indonesia. Selama bendera One Piece-nya tidak dikibarkan lebih besar dibandingkan bendera Indonesia," ujar Deddy saat menjawab pertanyaan mahasiswa dalam Acara Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2025/2026 di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Senin (11/8/2025).
Deddy menilai, pengibaran bendera atau simbol apapun yang posisinya lebih tinggi serta ukurannya lebih besar dari Merah Putih merupakan bentuk penghinaan terhadap negara. "Karena kalau itu dikibarkan di atas bendera Indonesia, lebih besar dibandingkan bendera Indonesia, Anda menghina negara Anda sendiri," ucap Deddy.
Menurut Deddy, masyarakat bebas mengibarkan bendera apa pun, kecuali bendera dengan simbol palu arit yang selama ini identik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). "Anda mau ngibarin bendera apa juga tidak ada masalah. Ya (asalkan) jangan tiba-tiba bendera palu arit," ucapnya.
Deddy memandang, pengibaran bendera Jolly Roger dalam serial One Piece yang belakangan ini marak diperbincangkan, merupakan ekspresi yang menyiratkan harapan masyarakat. "Bendera 'One Piece' itu apa sih? Lambang perjuangan, kan? Tulisannya 'when government fail, we sail' gitu, kan? Kalau saya melihat itu adalah harapan, kok. Harapan dari rakyat kita untuk berjuang," kata Deddy.
Persoalan saat ini, kata dia, bukan masalah jenis bendera apa yang dikibarkan, melainkan soal penghormatan terhadap simbol negara. "Bendera (bergambar) teddy bear di atas bendera Indonesia juga enggak boleh. Bendera muka Anda, lebih besar dibandingkan bendera Indonesia di atasnya, juga tidak boleh. 'This is not about' One Piece. Ini tentang begitu sakralnya bendera merah putih," ucap Deddy.
Lebih dari itu, Deddy berharap, masyarakat dapat mengingatkan kembali nilai sejarah serta pengorbanan yang melekat pada bendera Merah Putih. Saat masa penjajahan, Deddy menuturkan, pahlawan yang gugur hanya untuk merobek warna biru pada bendera Belanda menjadi Merah Putih sehingga pengorbanan itu semestinya dihormati seluruh warga negara.
"Apakah kita ada pada saat itu ketika mereka naik ditembak-tembaki, mati berguguran satu per satu hanya untuk merobek warna biru sampai warnanya merah putih? Ada kita? Enggak. Mereka yang ada di sana. Mereka yang mati. Buat apa? Buat Indonesia," ujar Deddy.
Karena itu, Deddy kembali menuturkan, masyarakat bebas mengibarkan bendera atau simbol apapun selama tidak ditempatkan di atas bendera Merah Putih. "Kalau bisa, (gambar) muka saya malah Anda kibarkan. Tapi jangan di atas (Merah Putih), nanti saya yang ditangkap," ujarnya sembari bercanda.