Senin 18 Aug 2025 16:05 WIB

Perundingan Plastik Dunia Berakhir Tanpa Hasil

Kegagalan di Jenewa disebut menjadi alarm keras.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Sejumlah aktivis lingkungan dari Ecoton membentangkan poster saat aksi di depan Konsulat Jenderal Australia, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/8/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Sejumlah aktivis lingkungan dari Ecoton membentangkan poster saat aksi di depan Konsulat Jenderal Australia, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA — Putaran negosiasi INC-5.2 untuk merumuskan Perjanjian Plastik Global dinilai berakhir tanpa arah jelas akibat semakin dominannya lobi industri. Laporan Center for International Environmental Law (CIEL) mencatat lonjakan jumlah pelobi industri fosil dan kimia, dari 143 orang pada INC-3 menjadi 234 orang pada sidang INC-5.2.

Kehadiran mereka disebut mempersempit ruang masyarakat sipil sekaligus memperkuat keputusan yang menguntungkan industri. “10 hari negosiasi di INC 5.2 berakhir dengan kekecewaan mendalam. Proses panjang yang penuh kompromi ini gagal menghasilkan kesepakatan atau arahan yang jelas untuk mengakhiri pencemaran plastik,” ujar Co-Coordinator Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), Nindhita Proboretno, akhir pekan lalu.

Baca Juga

Ia menyayangkan waktu terbuang untuk perdebatan panjang, sementara isu-isu mendasar seperti pembatasan produksi plastik dan pelarangan bahan kimia berbahaya hampir tidak dibahas. AZWI juga menyoroti ketimpangan partisipasi dalam forum.

Menurut mereka, sejumlah pelobi industri bahkan tercatat sebagai anggota delegasi resmi, sementara perwakilan masyarakat sipil sering ditolak masuk forum negosiasi.

Greenpeace Indonesia menyampaikan kritik senada. “INC 5.2 berakhir dengan kegagalan mencapai perjanjian plastik global, meskipun sudah banyak negara yang mendorong pengurangan produksi plastik. Proses negosiasi gagal membawa kita untuk bebas dari polusi plastik,” kata Zero Waste Campaigner Greenpeace Indonesia, Ibar Akbar.

Situasi di ruang negosiasi juga dinilai tak transparan. Jadwal pleno mengalami perubahan drastis, termasuk sidang pada pukul 01.30 dini hari dan pleno final yang baru diumumkan 40 menit sebelum dimulai. Draf terakhir bahkan baru dibagikan beberapa jam sebelum sidang ditutup, memicu kritik terkait proses yang tertutup.

Bagi banyak aktivis, kegagalan di Jenewa bukan sekadar kehilangan momentum, namun juga memperbesar risiko kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Mereka menekankan, INC harus segera memulihkan kepercayaan publik dengan mengumumkan agenda dan mekanisme perundingan berikutnya secara terbuka dan inklusif, memberi ruang setara bagi suara komunitas terdampak.

Kegagalan di Jenewa disebut menjadi alarm keras bahwa tanpa pembatasan produksi plastik, pelarangan bahan kimia berbahaya, serta keberanian politik melawan tekanan industri, dunia akan semakin menjauh dari solusi nyata untuk menghentikan krisis polusi plastik.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement