REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua PP Muhammadiyah, Anwar abbas, mengatakan pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai bila didukung secara bersama-sama. Jika terjadi maka di awal tahun 2026 keadaan ekonomi nasional sudah semakin membaik dan menjanjikan.
Menurut tokoh yang biasa disapa Buya Anwar ini mengaku terkejut dengan pernyataan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Dian Ediana Rae yang menyebut jumlah fasilitas kredit yang belum ditarik (undisbursed) oleh nasabah dari dunia perbankan mencapai Rp. 2.304 triliun. “Menurut Dian ediana biasanya realisasinya menjelang akhir tahun,” ungkap Buya Anwar.
Bila angka sebesar ini bisa direalisasikan, kata Buya Anwar, tentu akan sangat besar artinya terhadap pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional. Ini akan membuka peluang lapangan kerja yang meningkat dengan tajam.
“Sehingga pengangguran akan bisa berkurang secara signifikan dan pendapatan serta daya beli masyarakat secara aggregat tentu akan meningkat. Sehingga diharapkan di awal tahun 2026 keadaan ekonomi nasional sudah semakin membaik dan menjanjikan,” papar Buya Anwar.
Untuk itu, menurut Buya Anwar hal yang perlu dilakukan adalah pertama, membuat nasabah dan pihak perbankan sama-sama berani untuk merealisasikan rencana usaha yang sudah mereka buat tersebut. Kedua, pihak pemerintah dan masyarakat juga harus bisa membantu dunia usaha agar mereka yakin usaha mereka akan berhasil.
Menurut Buya Anwar, perlu ada dialog antara dunia usaha, perbankan, pemerintah dan masyarakat untuk mengkaji semua hal yang terkait dengan masalah investasi dan perekonomian nasional.
“Ini agar kita sebagai bangsa secara bersama-sama dapat mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen yang sudah ditargetkan Presiden Prabowo dan Menkeu Purbaya,” ujarnya.
Diingatkannya, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya stagnan di angka 5 persen maka akan sangat sulit untuk membuat negeri ini menjadi negara maju sesuai dengan yang diharapkan dan cita-citakan.