Selasa 30 Sep 2025 15:08 WIB

Kredit Nganggur Rp2.372 Triliun, Hanabank Genjot Pembiayaan UMKM

Dana pinjaman belum terserap optimal, bank alihkan fokus ke sektor UMKM.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Chief Personal Banking Officer Hanabank, Stefen Loekito.
Foto: Dian Fath Risalah/Republika
Chief Personal Banking Officer Hanabank, Stefen Loekito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan masih belum pulih. Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit industri perbankan hanya tumbuh 7,56 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus 2025.

Lambatnya penyaluran kredit membuat banyak dana pinjaman belum digunakan oleh nasabah. BI mencatat total fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) mencapai Rp2.372,11 triliun, atau sekitar 22,71 persen dari total pinjaman yang tersedia.

Baca Juga

Kondisi ini paling banyak terjadi pada sektor industri, pertambangan, jasa, dan perdagangan, terutama dalam bentuk kredit modal kerja. Pertumbuhan kredit modal kerja bahkan hanya 3,0 persen yoy, lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang sempat tumbuh 10,3 persen yoy.

Fenomena kredit menganggur ini menunjukkan banyak perusahaan masih menahan ekspansi usahanya. Mereka belum sepenuhnya menarik fasilitas kredit karena kondisi ekonomi belum stabil.

Chief Personal Banking Officer Hanabank, Stefen Loekito, mengatakan banyaknya pinjaman yang belum digunakan itu berkaitan dengan strategi nasabah dalam memanfaatkan fasilitas dari bank. Perusahaan akan menarik pinjaman jika benar-benar membutuhkan.

“Kalau kita lihat, hal ini sebenarnya berkaitan dengan utilisasi dari limit plafon yang diberikan oleh bank kepada debitur. Banyak fasilitas yang belum terpakai karena memang kebutuhan dari debitur itu sendiri,” ujar Stefen di Jakarta, Selasa (30/9/2025).

Ia menyebutkan kondisi ini berbeda dengan pinjaman perorangan yang biasanya langsung digunakan seluruhnya. Misalnya untuk kredit tanpa agunan (KTA), nasabah cenderung langsung menarik dana yang diberikan.

Hanabank juga menyalurkan pembiayaan melalui kerja sama dengan platform peer-to-peer lending (P2P). Dalam kerja sama ini, penyerapan pinjaman mencapai 80–90 persen.

“Bahkan mereka sering meminta penambahan limit karena permintaan pembiayaan terus meningkat. Meski begitu, kami tetap menerapkan prinsip kehati-hatian agar pertumbuhan tetap organik dan riil,” kata Stefen.

Untuk mendorong penyaluran kredit, Hanabank kini fokus memperluas pembiayaan ke sektor usaha kecil dan menengah (UMKM). Bank bahkan menunjuk direktur baru untuk mengawal ekspansi di segmen ini.

“Kami ingin lebih agresif dari sisi SME. Tahun lalu sebenarnya belum terlalu fokus, tetapi sekarang kami dorong lebih kuat,” ujarnya.

Hanabank juga sedang menyiapkan jalur cepat (fast track) untuk proses kredit UMKM di bawah Rp20 miliar. Dengan jalur ini, proses persetujuan diharapkan hanya membutuhkan waktu lima hari selama dokumen lengkap.

Hingga saat ini, dana kelolaan Hanabank (assets under management/AUM) mencapai Rp2,4 triliun, dengan portofolio kredit masih didominasi oleh segmen korporasi sekitar 70 persen. Total aset Hanabank mencapai Rp39 triliun.

“Kami akan terus memperkuat proses underwriting, memperbaiki struktur credit review, dan mempercepat persetujuan kredit agar bisa melayani nasabah lebih cepat dan efisien,” tutur Stefen.

Ia menegaskan, di tengah masih banyaknya dana pinjaman yang belum digunakan, Hanabank akan tetap menjaga kehati-hatian. Strategi ini diharapkan bisa menjaga kepercayaan nasabah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement