Ahad 05 Oct 2025 17:00 WIB

Farhan Sebut Bandung Adalah 'Beacon of Jazz' yang Bersuara untuk Dunia

Menurut Farhan, Kota Bandung akan terus menjadi tempat lahirnya musisi besar.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyebut Kota Bandung sebagai pusat musik dan budaya melalui gelaran The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2025.
Foto: Pemkot Bandung
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyebut Kota Bandung sebagai pusat musik dan budaya melalui gelaran The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyebut Kota Bandung sebagai pusat musik dan budaya melalui gelaran The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2025. Farhan menyebut Bandung sebagai kota yang menjadi mercusuar jazz dunia.

“Kita deklarasikan Bandung sebagai A Beacon of Jazz, suara jazz dari Bandung untuk dunia. Karena dari Bandung-lah, suara jazz akan tiba dan menyebar ke seluruh dunia,” ujar Farhan di The Papandayan Hotel, Sabtu (4/10/2025).

Tahun 2025 menjadi tahun kesepuluh TPFJ diselenggarakan. TP Jazz 2025 berlangsung 4-5 Oktober 2025. 

Farhan menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh musisi dan penggiat jazz yang telah membangun ekosistem musik di Bandung. Ia menilai, keberhasilan festival ini tak lepas dari kerja keras para pelaku seni yang konsisten selama bertahun-tahun.

“Benih-benih itu sudah banyak lahir di Bandung, dan kita sangat mengaguminya. Namun, izinkan saya malam ini mengingatkan agar kita tidak lupa kepada para penanam benihnya. Tanpa mereka, benih ini mungkin akan berserakan,” ucapnya.

Menurut Farhan, Kota Bandung akan terus menjadi tempat lahirnya musisi besar, meskipun banyak di antaranya meniti karier di luar kota.

“Bandung selalu diakui sebagai tempat lahirnya para musisi hebat. Inilah yang membuat Bandung akan selalu menjadi The Beacon of Jazz, From Bandung to The World,” tuturnya.

Tahun ke-10

General Manager The Papandayan sekaligus Founder TP Jazz Management, Bobby Renaldi menyampaikan, TPJF 2025 merupakan perayaan satu dekade perjalanan festival yang menggabungkan musik, budaya, dan gaya hidup dalam tema “A Culture Resonance.”

Sejak pertama kali digelar pada 2015, TPJF telah menjadi wadah konsisten bagi musisi jazz dari berbagai generasi, baik nasional maupun internasional. Tahun ini, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada The Papandayan sebagai satu-satunya hotel di Indonesia yang mampu menyelenggarakan festival jazz tahunan selama 10 tahun berturut-turut.

“Sejak awal, TPJF bukan hanya festival musik, melainkan panggung budaya dan simbol keterbukaan yang kami hadirkan dari Bandung untuk dunia. Tahun ini, dengan tema ‘A Culture Resonance’, kami ingin menegaskan bahwa jazz adalah bahasa universal yang merangkul semua orang,” ujar Bobby.

Festival ini menampilkan delapan panggung musik di seluruh area hotel, mulai dari Suagi Grand Ballroom hingga Tropical Garden, Pool Deck, dan area Pasar Jazz.

Deretan musisi papan atas seperti Afgan, HIVI!, Reality Club, Iwa K, dan Ziva Magnolya turut tampil bersama maestro jazz seperti Barry Likumahuwa & The Rhythm Service feat. Trie Utami, Bandung Jazz Orchestra, serta Dwiki Dharmawan feat. Rimar Callista.

Tak hanya menampilkan konser musik, TPJF 2025 juga menghadirkan Tribute to Legendary Musicians untuk mengenang Utha Likumahuwa, dan TPJF Lifetime Achievement Award untuk mendiang Harie Roesli.

Selain itu, area Pasar Jazz kembali menjadi magnet bagi masyarakat, dengan puluhan tenant kuliner dan UMKM lokal yang menyatukan musik, seni, dan kreativitas Bandung dalam satu ruang interaktif.

“Kami ingin TPJF menjadi festival yang bisa dirasakan semua kalangan, bukan hanya penikmat jazz. Dengan akses gratis ke Pasar Jazz, masyarakat bisa menikmati seni, kuliner, dan atmosfer kebersamaan khas Bandung,” ujar Tyagita R. Hermawan, Event Director TP Jazz Management.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement