REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sepanjang tahun 2010 terjadi penurunan pengiriman spam (sampah elektronik). Tidak aktifnya botnet menjadi salah satu faktor penurunan spam.
Symanterc Labs Intellegence melaporkan, penurunan dimulai sejak bulan Agustus 2010, dan mencapai puncaknya di bulan Desember. Bila di bulan Agustus, sampah elektronik yang terkirim masih sebanyak 200 miliar, dan berkurang menjadi 50 miliar empat bulan kemudian.
Penyebab penurunan ini terkait di non aktifkannya botnet (program penyebaran surat elektronik sampah) Rustock, pada 25 Desember 2010. Rustock adalah botnet paling dominan yang telah mengirimkan hingga 47 persen dari total surat elektronik sampah ke seluruh dunia.
Dalam satu bulan saja, tidak kurang dari 1,3 juta unit komputer telah terinfeksi oleh sampah surat elektronik dari botnet tersebut. Dua botnet lain, yakni Lethic dan Xarvester, juga telah menghentikan operasinya, tepatnya pada 28 serta 31 Desember lalu.
Para ahli belum mengetahui secara pasti alasan di balik penghentian ketiga botnet dominan itu dalam kurun waktu bersamaan. Gencarnya pengembangan program antispam yang berlangsung, juga belum diyakini punya peran di sana.
Seperti diungkapkan teknisi Symantec, Paul Wood, beberapa botnet nyatanya masih tetap aktif, seperti Cutwail serta Gheg. ''Mungkin saja, tiga botnet tadi hanya non aktif sementara, dan bergerak lagi di bulan-bulan mendatang. Maka itu, kita harus terus membangun sistem antispam yang lebih kuat,'' papar Paul, pada blognya.
Kejadian ini mengingatkan sekitar pertengahan tahun 2008 silam. Ketika itu, botnet terbesar, Mc Colo, juga tiba-tiba berhenti mengirimkan sampah surat elektronik. Untuk beberapa lama, sebagian botnet lain 'tiarap', namun lantas kembali beroperasi, bahkan memunculkan botnet-botnet baru.
Laman BBC pun menduga, para agen spammer itu sedang memyusun strategi baru yang lebih canggih. ''Botnet itu lebih berorientasi profit, sehingga apabila saat ini kegiatan mereka sudah kurang menguntungkan, mereka berhenti sejenak,'' tulis laman itu.
Tidak tertutup kemungkinan, spammer mengarahkan perhatian ke platform situs jejaring sosial yang kini sedang populer. Mereka nampaknya berhasil membuat terobosan sehingga mampu mengirimkan sampah surat elektronik ke Twitter dan Facebook.
Pada Desember lalu para pengguna Twitter telah merasakan dampaknya. Serangan spam terjadi pada forum diskusi bertajuk acai berry. Hal lain yang patut diwaspadai adalah bahasa surat elektronik sampah kini tidak lagi didominasi bahasa Inggris.
Nantinya, bahasa Inggris hanya akan mencakup sekitar 90 persen bahasa surat elektronik sampah, turun dari 95 persen. Kemajuan ekonomi yang dialami Brazil membuatnya jadi sasaran spammer untuk menerima spam berbahasa Portugis. Angkanya bisa mencapai 40 persen. Bahasa lainnya adalah Italia, Prancis, Cina, Jepang, dan Arab