REPUBLIKA.CO.ID, Ada Satu peluang besar dalam teknologi sistem operasi bergerak, terutama Android. Ponsel berbasis sistem operasi (OS) racikan Google di saku anda ternyata bisa membantu para pakar memprediksi cuaca di mana anda berada saat itu.
Kini pakar cuaca dan meteorologi sedang bekerjasama dengan pengembang aplikasi untuk menyusun informasi tekanan udara yang sudah dikoleksi dari ribuan ponsel Android. Mereka berupaya memasukkan data itu ke model software lebih canggih yang berfungsi membaca iklim dan cuaca.
Bila aplikasi itu bisa meyakinkan pemilik Android, bukan tak mungkin anda bisa mendapat peringatan langsung dari tangan anda, bahwa beberapa jam lagi badai dan angin puyuh melintas. Informasi pun jauh lebih tepat ketimbang saat ini,
"Begitu saya mendengar sensor tekanan udara (Android) pertama kali, saya berkata. 'Oh Tuhan, ini bisa menjadi pengubah segalanya." tutur pakar iklim dan cuaca, Cliff Mass dari Universitas Washington. "Visi saya sejak lama yakni hanya butuh seseorang untuk mengumpulkan semua pengamatan tekanan udara di tiap area di setiap waktu di penjuru negara dan menggunakan data itu untuk meningkatkan prediksi perubahan cuaca secara radikal." ujarnya seperti dikutip oleh Wired.
Tentu saja itu memungkinkan. Karena saat ini ada setidaknya ada jutaan warga AS yang menggunakan ponsel berbasis Android.
Google, lewat Android 3 telah menambahkan dukungan berupa sensor atmosfer ke dalam OS-nya. Memang bukan aplikasi serupa barometer sebab dasar aplikasi ini bertujuan untuk menentukan lokasi.
Jadi, aplikasi ini bekerja untuk memastikan di ketinggian (altitud) berapa ponsel berada lewat kombinasi data berupa perubahan tekanan atmosfer berdasar ketinggian tempat. Data perubahan tekanan udara itu diperoleh dari badan cuaca terdekat.
Tujuan awal aplikasi ini membuat pengguna Android tahu di posisi kordinat berapa mereka berada atau memungkinkan pengguna Android lain bisa menemukan, di mana ponsel Android ---yang mungkin hilang, atau dibawa teman tersesat atau pingsan--berada ,selama fungsi GPS ponsel dinyalakan.
Dalam perkembangannya, aplikasi ini memiliki peluang manfaat lebih besar. "Gagasannya yakni menggunakan data tekanan udara yang ada untuk mengetahui struktur resolusi tinggi dalam atmosfer sebelum terbentuknya badai," ungkap Mass.
Semakin banyak data tekanan udara terkumpul, berdasar tempat dan waktu, semakin jelas pemetaan kondisi cuaca saat itu. Dalam satu jam, ada kemungkinan jutaan orang dengan ponsel Androidnya, merekam perubahan tekanan udara pada tiap menit dalam satu area. Dengan data itu Mass bisa melacak dan mempelajari pola perubahan yang terjadi sebelum peristiwa cuaca tertentu, seperti badai
Saat ini boleh dibilang peramal cuaca hanya bisa menyampaikan informasi 'berkabut' mengenai peluang terjadinya badai. Namun bila pakar bisa menggabungkan lebih banyak data volume tekanan atmosfer ke dalam software cuaca lalu, mendefinisikan fitur-fitur yang selalu hadir dalam insiden cuaca buruk, maka mereka bisa mendapatkan pola.
Dari pola itulah mereka memprediksi kapan badai mengerikan akan menghantam lokasi tertentu enam jam sebelumnya. "Dengan kemampuan yang ada saat ini, tak seorangpun mampu melakukan itu," ujar Mass.
Sejauh ini Mass dan koleganya masih terbatas memiliki data berupa kualitas dan volume tekanan udara. Sementara kronologis magnitude tekanan atmosfer berbeda-beda di tiap lokasi berdasar perubahan waktu sulit diperoleh.
Kini mereka bisa mengumpulkan data itu dari seluruh ponsel Android dan dapat membuat perbedaan besar. Mass melihat potensi data Android mampu memberikan informasi jaringan resolusi tinggi titik-titik tekanan atmosfer di darat.
Saat ini Mass bersama Jacob Sheehy dan Phil Jones mengembangkan aplikasi Android bernama PressureNet. Ini bukan hanya aplikasi barometer, tetapi diklaim Mass sebagai aplikasi satu-satunnya di Android yang mampu menunjukkan tekanan udara di lokasi sekaligus mengumpulkan data dan membaginya kembali ke seluruh pengguna.
Namun aplikasi ini bisa dibilang masih jauh dari terwujud, mengingat ada beberapa tantangan nyata di depan sana. Setelah melewati persetujuan pemilik Android, mereka harus meyakinkan pengguna Galaxy Nexus, Nexus 4, Nexus 10, Galaxy S3 dan Galaxy Note untuk memiliki aplikasi tersebut. Pasalnya, tipe-tipe gadget tadi dan sedikit merek lain yang hanya memiliki sensor atmosfer.
Sementara, tak semua orang menggunakan peranti jinjing. Ada pula yang tertarik dengan data itu tapi tak memiliki ponsel berbasis Android lantas mau ke mana?
Untuk yang satu ini, tim Mass rupanya sudah menyadari lalu mengantisipasi dengan membangun situs web di mana setiap orang bisa berkunjung dan mengumpulkan data. Situs itu masih dalam tahap konstruksi dan mereka saat ini secara manual memasukkan data yang kemungkinan besar juga diperoleh dari ponsel-ponsel Android.