Jumat 08 Nov 2013 20:36 WIB

Twitter Kecewakan Asia

IPO Twitter di lantai bursa New York.
Foto: AP/Mark Lennihan
IPO Twitter di lantai bursa New York.

REPUBLIKA.CO.ID,

Seperti dilansir voanews.com, Jumat (8/11), setelah menjual sahamnya untuk publik, Twitter sekarang menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari para pemegang saham baru dan analis investasi Wall Street. Harga US$26 per saham membuat nilai Twitter, yang tidak pernah menghasilkan laba, mencapai lebih dari $18 miliar.

Memudarnya popularitas di beberapa bagian Asia, yang tadinya merupakan pasar dengan pertumbuhan terbesar untuk jaringan sosial yang berpusat pada pengiriman pesan-pesan sepanjang 140 karakter di Internet, menunjukkan tantangan yang dihadapi Twitter dalam membuat para pengguna di luar negeri tetap terlibat. Selain itu juga untuk mendapatkan iklan yang cukup agar dapat mengundang laba.

Pengguna internasional mencakup sekitar tiga perempat dari para pengguna Twitter secara keseluruhan, namun hanya seperempat dari penghasilan dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Sekitar 25 persen dari 232 juta pengguna Twitter aktif ada di Asia. Dipimpin oleh Jepang, Indonesia, Korea Selatan dan India, Asia merupakan daerah dengan pertumbuhan tercepat untuk Twitter pada musim panas 2010, menurut Semiocast, perusahaan media sosial di Paris.

Namun pertumbuhan melambat di Korea Selatan dan Jepang, sebuah situasi sulit bagi Twitter karena kedua negara tersebut makmur dan memiliki tingkat penggunaan perangkat seluler – yang sekarang merupakan cara utama mengakses Twitter. Aplikasi-aplikasi seluler baru dari perusahaan-perusahaan seperti Kakao Corp. di Korea Selatan dan Line Corp. dari Jepang, telah mengalami pertumbuhan pesat, membuat mereka menjadi pesaing untuk menjaring pengguna dan iklan.

“Di Korea Selatan dan Jepang, jenis layanan jaringan sosial terbuka seperti Twitter dan Facebook kehilangan popularitasnya,” ujar Justin Lee, analis pesan dan permainan seluler pada BNP Paribas. “Jaringan sosial tertutup tempat pesan-pesan dibagi antara sekelompok kecil orang akan menjadi lebih populer," kata dia.

Twitter tetap diblokir di pasar China yang besar namun raksasa lainnya, India, membuka diri untuk Twitter dan mengumpulkan 27 juta pengguna, menurut Semiocast. Namun Twitter mengakui dalam dokumen-dokumen pada penjualan saham ke publik bahwa penggunaan ponsel yang rendah di negara miskin tersebut dapat menghambat kemampuan pengiklan untuk menyampaikan iklan-iklan yang menarik dan melukai potensi pendapatan.

“Orang-orang di India baru menghangat terhadap Twitter,” ujar Karthik Srinivasan, kepala media sosial di Ogilvy & Mather di Bangalore. Kosep berinteraksi dengan orang asing daripada teman dan kolega masih baru di dalam masyarakat yang berorientasi keluarga tersebut.

Di Korea Selatan, jumlah pengguna baru Twitter menurun, hanya sekitar 40.000 pada Agustus, atau seperempat dari pengguna baru Desember tahun lalu. Sementara itu semakin banyak pengguna yang sudah ada tidak terlalu aktif lagi.

Diperkirakan ada tujuh juta pengguna Twitter di Korea Selatan dan hanya satu juta diantaranya mengirim lebih dari satu tweet per bulan. Pada Agustus, 64 persen akun-akun Twitter yang ada di Korea Selatan tidak mengirim pesan dalam lebih dari enam bulan, naik dari 56 persen pada Desember tahun lalu.

Pengusaha Korea Selatan Richard Choi mengaku sudah tidak aktif di Twitter, beralih ke KakaoStory, aplikasi seluler seperti Instagram yang telah menjadi hit di negara itu. “Twitter adalah untuk berita dan informasi, tapi banyak saluran-saluran lain untuk mendapatkan berita,” ujarnya.

Di Jepang, penurunan popularitas Twitter sebagian adalah karena media ini menjadi medan perang, dengan banyak pengguna anonim meluncurkan serangan pada mereka yang tidak mereka sukai atau yang pendapatnya berbeda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement