REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para anggota kelompok bersenjata ISIS dilaporkan berkomunikasi melalui dua aplikasi pesan instan Android, salah satunya Alrawi. Namun, aplikasi chat tersebut tidak ditemukan pada toko aplikasi resmi Andorid, Google Play Store.
Menurut pakar teknologi informasi, Onno Widodo Purbo, hal tersebut bisa saja terjadi. "Tidak ada keharusan sebetulnya di Android harus pakai Play Store," kata dia kepada Antara di Jakarta, Selasa (19/1). "Kalau hanya mau install aplikasi di Android tidak harus dari Play Store," sambung dia.
Aplikasi chat Alrawi kabarnya dibagikan via email kepada para anggota ISIS. Hal itu, menurut Onno, mungkin saja terjadi. "Kalau mau dikirim pakai email sebagai attachment juga bisa, yang penting formatnya.apk saja," ujar dia.
Lebih lanjut, Onno menjelaskan bahwa pengguna Android dapat membuat Play Store sendiri, yang justru merupakan kelebihan dari platform Android yang mengusung sistem pengembangan open source. "Kita bisa bikin Play Store sendiri kok, contoh yang kelihatan itu Baidu bikin marketplace sendiri. Sebenarnya itu cantiknya open source seperti Android kita bebas dan merdeka," kata dia.
Sayangnya, kelebihan dari open source tersebut sering dimanfaatkan secara tidak benar oleh orang-orang yang kurang bertanggung jawab, termasuk teroris. Parahnya, konten aplikasi pada platform yang mengusung open source susah dilacak oleh pemerintah. "Susah sepertinya, karena open source itu benar-benar distributed," ujar Onno.
Apakah hal tersebut merupakan tanggung jawab platform? Onno mengatakan, tidak ada keharusan aplikasi harus dari Play Store. "Jadi tidak ada yang kecolongan sebenarnya."