REPUBLIKA.CO.ID SAN FRANCISCO -- Dalam enam bulan terakhir, Twitter telah menutup 235 ribu akun. Penutupan ini terkait dengan upaya Twitter untuk mengurangi penggunaan media sosial sebagai sarana promosi ataupun kampanye kekerasan yang dilakukan kelompok ekstrimis.
Bahkan, sejak pertengahan 2015, Twitter setidaknya telah menutup 360 ribu akun yang dianggap menyebarkan pesan-pesan kebencian dan kekerasan. Langkah ini dianggap efektif untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan yang dialkukan oleh para pengikut kelompok ekstrimis.
Sebelumnya, Twitter memang telah mengumumkan akan menghapus atau memblock akun-akun yang dianggap menyebarkan pesan kebencian dan kekerasan. ''Dunia telah menyaksikan aksi kekerasan dan tindakan teror. Kami sangat mengutuk aksi tersebut. Kami juga terus berkomitmen untuk mengurangi dan menghapus pesan-pesan yang mempromosikan kekerasan dan aksi teror,'' ujar keterangan tertulis dari Twitter seperti dikutip AFP, Jumat (19/8).
Perusahaan yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat itu, menambahkan, penutupan akun secara harian meningkat 80 persen sejak awal tahun ini. Terutama pasca maraknya aksi-aksi kekerasan dan terorisme, seperti yang sempat terjadi di Prancis beberapa waktu lalu.
Twitter menyatakan, semakin cepat mereka menutup sebuah akun yang diduga terkait dengan kelompok ekstrim, maka pesan kekerasan dan kebencian tidak akan segera tersebar. Sehingga, diharapkan akan terjadi penurunan jumlah follower dari akun tersebut, termasuk mencegah follower akun tersebut mendapatkan pesan-pesan kekerasan dan kebencian.