REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun lalu, Twitter meluncurkan sebuah perubahan di platformnya. Pengguna Twitter diberi ruang untuk mencicit hingga 280 karakter.
Perubahan tersebut dilakukan dari sebelumnya yang hanya dibatasi hingga 140 karakter. Langkah tersebut awalnya diyakini akan populer, tapi ternyata tidak banyak orang yang benar-benar memanfaatkannya.
Dalam sebuah pernyataan, CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan, setelah diluncurkannya perubahan tersebut pihaknya memperhatikan apakah rata-rata cuitan pengguna Twitter akan naik atau tidak. Namun, hasilnya ternyata rata-ratanya tidak naik secara signifikan.
"Orang-orang memiliki ruangannya sendiri, kami melihat lebih sedikit yang mengabaikan tweet. Tapi, kami juga melihat lebih banyak pertemanan. Kami juga melihat lebih banyak retweet, dan kami melihat lebih banyak lagi penyebutan atau mention. Dan, kita juga melihat orang mendapatkan lebih banyak pengikut dan kembali (mengakses Twitter) lebih sering," kata Dorsey seperti yang dilansir di Uberzigmo, Jumat (9/2).
Hal ini tampaknya sejalan dengan survei yang dilakukan tahun lalu. Twitter menemukan bahwa pengguna dibagi atas panjangnya cicitan baru yang diunggah. Dari hasil survei ditemukan, hanya separuh dari pengguna yang disurvei mengatakan bahwa mereka menyukai perubahan tersebut.
Seperti yang dikatakan Dorsey, cicitan yang lebih lama atau panjang memungkinkan pengguna untuk mengekspresikan diri mereka dengan lebih baik, yang pada gilirannya dapat menyebabkan lebih banyak keterlibatan dalam Twitter. Bagaimanapun, beberapa pengguna fitur tersebut masih ada yang ingin memanfaatkannya, meski untuk saat ini sepertinya tidak banyak pengguna yang menggunakan fitur tersebut.