REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pasar komputer rumahan (PC) secara signifikan mulai tergesar oleh keberadaan laptop atau notebook. Namun, kondisi itu hanya terjadi di negara-negara berkembang.
Di negara-negara maju, seperti Amerika, Eropa dan Kanada, pasar PC, termasuk desktop komputer justru berkembang positif. Lantas apa yang terjadi?
Manajer Riset untuk Client Devices Research IDC Asia Pasifik menyebut, lambatnya ekonomi di negara berkembang sangat berpengaruh terhadap permintaan komputer rumahan. "Kendala di negara-negara berkembang, harga PC dianggap masih terlalu mahal bagi sebagian masyarakat, mereka lebih memilih tablet karena lebih terjangkau," ujarnya.
Bagaimana dengan di Indonesia? Menurut Ruby Alamsyah, pakar teknologi informasi, pengguna PC desktop masih tersegmentasi. Konsumen komputer jenis ini lebih pada perkantoran dan pendidikan. Sedangkan di negara maju, PC desktop merupakan perangkat standar yang biasanya dimiliki oleh setiap rumah tangga.
Namun, kondisi itu berbeda dengan di pasar negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Kanada. Data IDC mengungkap di nagara-negara maju tersebut justru terjadi pertumbuhan yang positif. Hal ini lebih disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang lebih stabil.
Diluar ekonomi yang melambat, keberadaan ponsel dan tablet jadi masalah pasar komputer rumahan. Faktor fleksibilitas jadi kunci kemenangan ponsel dan tablet terhadap komputer rumahan