REPUBLIKA.CO.ID, MONROVIA – Studi yang dilakukan Departemen Kesehatan Liberia bersama Unicef, mengungkapkan radio memainkan peran penting dalam memerangi virus ebola di negara tersebut. Angka kontribusi radio dalam penelitian tersebut mencapai 93 persen.
Kepala Mobilisasi Sosial dan Komunikasi Perubahan Perilaku, Departemen Kesehatan Liberia, John Sumo, mengatakan radio memainkan peran penting membentuk kesadaran masyarakat dalam mencari tahu informasi tentang virus ebola.
Studi yang dilakukan terhadap 1.100 rumah tangga menyebutkan kontribusi radio dalam membentuk perilaku mencapai 93 persen. Studi yang dilakukan 2014 lalu mengambil lokasi di lima wilayah yang paling banyak terjangkit virus ebola.
“Selama penelitian, 93 persen responden mengatakan, mereka pertama kali belajar tentang Ebola dari radio. Mereka mengakui bahwa informasi yang didengar dari radio melengkapi informasi dari media cetak,” kata John, Rabu (6/5).
Studi ini, lanjut dia, menunjukkan bahwa masih ada banyak bantuan yang dibutuhkan untuk membantu korban ebola. Sebanyak 91 persen responden menyatakan mereka siap menerima para korban ebola yang masih bertahan hidup. Namun, responden mengaku enggan menyentuh para korban karena takut tertular.
“Tujuan dari studi ini adalah memahami kebiasaan, sikap dan praktik yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak virus ebola,” lanjut John.
Mengutip temuan dalam studi tersebut, cara terbaik untuk menghindari virus adalah meminimalisasi kontak dengan korban ebola dan daging busuk. Selain itu, sebanyak 98 persen responden sudah mulai menerapkan cuci tangan untuk meminimalisisasi penularan. Sebanyak 95 persen responden menyatakan setuju bahwa isolasi terhadap pasien dengan gejala virus ebola adalah langkah jangka panjang terbaik.