Sabtu 11 Aug 2018 13:15 WIB

Pustekkom Kemendikbud Telaah Cara Berpikir Suprarasional

Manusia memiliki antena hidup berupa panca indera, akal, dan hati.

 Pustekkom Kemendikbud menyelenggarakan seminar suprarasional, Kamis (9/8).
Foto: Klinik pendidikan mipa
Pustekkom Kemendikbud menyelenggarakan seminar suprarasional, Kamis (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Bekerja hanya untuk mendapatkan uang itu sah-sah saja. Namun, cara berpikir seperti itu kerap tak membangkitkan motivasi berprestasi untuk melahirkan karya besar dan bermanfaat bagi masyarakat.

Memahami realitas tersebut, Pustekkom Kemendikbud menyelenggarakan seminar suprarasional, Kamis (9/8). Seluruh jajaran staf bidang radio, televisi, dan film di lingkungan Pustekkom Kemendikbud menelaah kajian cara berpikir suprarasional untuk meningkatkan komitmen dan motivasi dalam berkarya. 

Trainer cara berpikir suprarasional Ridwan hasan Saputra berpesan kepada seluruh peserta pelatihan yang hadir untuk konsisten mengembangkan daya fisik, akal, dan hati. Menurut dia, setiap orang bisa jadi orang-orang besar. Mereka harus mampu mengoptimalkan 3 antena hidup yang dimilikinya berupa panca indera, akal, dan hati.

“Persoalan utamanya, kita hanya bekerja dengan mengandalkan panca indera saja. Sedangkan fungsi akal, apalagi hati jarang didayagunakan," kata Ridwan.

photo
Pustekkom Kemendikbud menyelenggarakan seminar suprarasional, Kamis (9/8).

Ridwan berpesan kepada seluruh peserta pelatihan yang hadir untuk konsisten mengembangkan daya fisik, akal, dan hati. “Jadilah orang berjiwa besar. Karena orang berjiwa besar memiliki tabungan jiwa besar sehingga rezekinya luas dan bisa meraih apa pun yang dicita-citakan," ucap dia.

Kasubbid Perancangan dan Produksi Bidang Pengembangan Teknologi Pembelajaran Berbasis Radio, Televisi, dan Film, Pustekkom Kemendikbud, Sitti Lestari Martika mengungkapkan seminar cara berpikir suprarasional bertujuan untuk membuka wawasan para pegawai tentang arti pentingnya kecerdasan emosional. "Karena hakikatnya, kesuksesan bekerja tak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) saja," kata dia.

Dia berharap, ilmu cara berpikir suprarasional bisa menyadarkan para pegawai ihwal pentingnya menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dalam bekerja. Jika kesadaran ini sudah terbangun, akan terjadi peningkatan kualitas kinerja pegawai di masing-masing tugas pekerjaannya. Akhirnya, organisasi mampu mencapai bahkan melampaui target kinerja yang sudah ditetapkan.

Hendro Setyatmoko, salah satu sutradara TV Edukasi yang hadir di acara seminar menuturkan sudah sepatutnya bekerja itu diniatkan untuk beribadah agar mendapat keberkahan. Yang paling sederhana, memulai dan mengakhiri pekerjaan dengan berdoa dulu.

Senada dengan hal itu, Pejabat Fungsional PTP Pertama Amar Nugraha mengatakan  bahwa dirinya mendapatkan cara pandang baru setelah menyimak kajian suprarasional. “Saya menjadi punya perspektif baru tentang faktor penentu kesuksesan dalam bekerja. Ternyata, meningkatkan kualitas spiritual akan menciptakan kesuksesan untuk pribadi dan tim secara keseluruhan," ucap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement