REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahad (14/10) lalu, menjadi momen berbeda bagi peserta Gala Siswa Indonesia (GSI) yang memadati Lobi Hotel Aston Cengkareng. Sorak-sorai yang berubah menjadi pekikan semangat dari para peserta liga sepak bola pelajar tersebut menggema tatkala Motivator Suprarasional, Asep Sapa'at menggugah 325 orang yang hadir.
Mereka terdiri dari siswa, pemain dan official. Asep menyampaikannya lewat sebuah motivasi yang bertajuk “Rahasia Menjadi Atlet Sejati.”
Gala Siswa Indonesia Tingkat SMP merupakan wadah bagi siswa untuk mengimplementasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui olah raga yakni sepak bola yang diprakarsai Kemendikbud RI bekerja sama dengan Komite Olah raga Nasional Indonesia (KONI) dan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Kegiatan perdana ini telah memasuki putaran final yang digelar sejak 8-21 Oktober 2018. Seluruh kontingen yang terpilih pun harus mengikuti proses karantina yang berpusat di Jakarta untuk diberikan pembekalan dan pelatihan sebelum bertanding.
Oleh karena itu, agar filosofi ajang GSI dapat memotivasi peserta yang memiliki bakat dan potensi dalam bidang sepak bola, Direktorat Pembinaan SMP, Kemendikbud RI bekerja sama dengan Klinik Pendidikan MIPA (KPM). KPM membekali para peserta dari sisi penguatan jiwa dan rohani.
Seperti dalam siaran persnya, Rabu (17/10), sebelum sesi utama (motivasi) berlangsung, para peserta diberikan pengantar semangat lewat sebuah ice breaking yang dipandu oleh tim Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Gerakan demi gerakan pun dikuti peserta bahkan official tatkala alunan musik mulai bersuara pertanda ice breaking sebenarnya dimulai. Sesi ini akhirnya mampu membuat suasana yang awalnya tegang menjadi santai dan raut wajah pun peserta kembali ceria.
KPM memberi motivasi suprarasional kepada peserta GSI.
Pada kesempatan yang sama, Agus Sirojuddin selaku staff peserta didik, Direktorat Pembinaan SMP, Kemendikbud berharap setelah mendapatkan motivasi suprarasional dari tim KPM, bukan hanya melahirkan pesepakbola muda yang terampil secara raga di lapangan, melainkan optimal juga dalam bidang akal dan hati. Sehingga dari sini akan bermunculan pemain muda yang berbakat dan berkarakter mulia.
Sementara itu, pascasesi motivasi selesai, salah satu pemain asal Sumba Timur, NTT, Fidelis Fregorius Bili semakin termotivasi pascasesi motivasi ini. Pelajar yang memiliki hobi bermain sepak bola sejak usia tujuh tahun berangan-angan dapat berdiri dan menjadi bagian dari tim nasional.
“Harapan tersebut tentu tak mudah kita raih tanpa adanya pengorbanan dan kerja keras. Lewat ilmu cara berpikir suprarasional yang sudah saya terima, saya berkeyakinan tak hanya mengantarkan saya menjadi pemain berbakat, namun memiliki perilaku dan sikap yang baik,” ujar pelajar kelas 9 SMP Negeri 2 Waingapu ini.