Selasa 22 Oct 2013 13:17 WIB

Google Buat Aplikasi Bagi Pengguna dari Negara Represif

Internet memudahkan segala hal/ilustrasi
Foto: ist
Internet memudahkan segala hal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Google Idea yang berpusat di New York meluncurkan beberapa teknologi baru yang dapat mengidentifikasi serangan peretas dan dapat membantu masyarakat di negara-negara yang dianggap represif untuk dapat mengakses internet.

Produk itu diumumkan kemaren dalam pertemuan Google Ideas di kota New Yok.

"Ada sekitar tiga miliar manusia di dunia ini hidup dalam lingkungan yang sangat membatasi kemerdekaan berekspresi mereka," kata Jared Cohen, Direktur Google Ideas kepada TIME, Ahad lalu.

"Kami ingin memperkuat posisi mereka untuk mendapatkan akses ke internet agar dapat mengalami apa yang kita alami. Ini berhubungan mengenai tanggung jawab kami kepada pengguna. Ini termasuk mereka yang tingga di Iran, Korea, Kuba dan Suriah, dimana tantangannya sangat berat."

Salah satu produk yang ditawarkan adalah uProxy sebuah jenis browser baru yang menggunakan teknologi peer-to-peer. Teknologi ini menjamin keberlangsurangan koneksi internet.

"Jika anda melihat infrastruktur proxy hari ini, saat hal itu bekerja dengan bagus, pemerintah represif akan membloknya maupun menyusupnya," kata Cohen.

"Setiap pengguna pembangkang yang kami kenal di setiap negara mempunyai teman di luar negeri yang mereka kenal dan percaya. Bagaimana kalau teman yang dipercaya ini membuka blok itu dengan memberi akses mereka sendiri? ini yang akan kami selesaikan."

Dengan UProxy, seorang penguna di AS dapat memberikan akses internet kepada rekan mereka di Iran melalui email atau chatting.

"Pengguna di Iran akan mendapat akses yang tidak dapat disusup dan internetnya akan seperti di AS," lanjut Cohen. 

Google Ideas juga meluncurkan produk Project Shield yang dikhususkan agar aktivis hak azasi manusia, LSM, pemantau pemilu dan organisasi berita dapat melindungi situs online mereka dari peretas atas pihak yang ingin menutup situs mereka dengan menggunakan serangan “distributed denial of service” (DDoS).

Alat berikutnya yang diluncurkan adalah Digital Attack Map yang memvisualisasi sebuah serangan ke situs online lain.

Menurut Seth Rosenblatt dari situs cnet.com, applikasi google ini dapat membantu pasukan pemberontak online di sebuah negara untuk aktivitas defensif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement