Ahad 24 Nov 2013 02:55 WIB

Waspada, Begini Cara 'Scammer' Menipu di Dunia Maya

Rep: Nora Azizah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Anak dengan komputer. Orangtua harus mengawasi anak dalam penggunaan teknologi dan layanan di internet untuk menghindarkan mereka dari pornografi.
Foto: COMMON WIKIMEDIA
Anak dengan komputer. Orangtua harus mengawasi anak dalam penggunaan teknologi dan layanan di internet untuk menghindarkan mereka dari pornografi.

REPUBLIKA.CO.ID, Sepanjang tahun 2013, pengguna situs jejaring sosial mau pun layanan surat elektronik (surel) makin banyak yang diusik oleh ulah penipu (scammer).

Mereka bergerilya untuk mengincar targetnya. Scammer biasanya menggunakan layanan surel gratis atau domain yang tidak jelas.

Berbeda dengan perusahaan, biasanya menggunakan domain dengan akhiran com atau co.id, alamat website penipu setelah di klik biasanya akan tersambung ke tempat lain.

Berhati-hatilah dengan situs berakhiran org yang biasanya dimiliki sebuah organisasi. Kenali betul bentuk atau aktivitas sebuah lembaga.

Selain itu, selidiki juga IP address dari suatu website. Jika Anda menerima surel dari sebuah perusahaan atau pengusaha yang mengaku berdomisili di Inggris, cek IP address-nya. “Kalau asalnya dari negara yang berbeda, itu pasti scam,” jelas pengamat internet Judith Monique Samantha Lubis.

Scammer biasanya menggunakan bahasa-bahasa persuasif dan melebih-lebihkan ketika menawarkan proposal bisnis. Tak jarang, mereka akan menggunakan modus memohon pertolongan atau memuji korbannya sebagai salah satu investor yang beruntung.

Mereka biasanya mengungkapkan membutuhkan mitra kerja atau tambahan modal dengan iming-iming keuntungan yang menggiurkan. Jika Anda tidak pernah mengetahui perusahaan tersebut berikut peluang bermitranya, lakukan cek ulang dan observasi untuk mendapat kebenaran.

Ketika korban tertarik dan merespons surel, penipu akan menanyakan nomor ponsel dan alamat tempat tinggal korban. Scammer telah menyiapkan alamat kantor, website, serta dokumen-dokumen fiktif sudah untuk meyakinkan korban. Begitu korban terjerat, penipu akan meminta korban untuk mentransfer sejumlah uang sebagai dana investasi.

Ada pula yang berani bertatap muka secara langsung dengan korbannya. Mereka datang dengan penampilan mentereng dengan didampingi bodyguard. Tidak sedikit orang yang tertipu.

Korban kebanyakan berasal dari kalangan berpendidikan dan memiliki jabatan di sebuah perusahaan. “Nominal keuntungan yang ditawarkan membuat korban tergiur,” ujar Judith.

Selain penipuan bisnis, penipuan dengan modus ajakan menikah juga marak terjadi. Memang, bukan mustahil untuk mendapatkan jodoh dari dunia maya. Akan tetapi, bijak dan cerdaslah menanggapinya.

Ketika mengenal si pria melalui situs jejaring sosial, telusuri terlebih dulu kehidupannya melalui akunnya tersebut. Lihat profil, foto-foto, dan percakapannya dengan teman-temannya.

Ketika ada ajakan bertemu, pastikan Anda memilih tempat umum. Untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan, jangan datang sendirian. Mintalah teman atau keluarga untuk menemani. “Jangan pernah mengatakan setuju menikah apabila belum mengenal latar belakang keluarga dan kehidupannya dengan detail,” saran Judith. 

sumber : Harian Republika/Reiny Dwinanda
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement