Kamis 25 Jan 2018 10:30 WIB

Chronicle, Perusahaan Cybersecurity yang Didirikan Alphabet

Bertujuan memberi kesempatan kepada perusahaan untuk mendeteksi dan melawan peretas.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri
Chronicle. Ilustrasi
Foto: CNN
Chronicle. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Perusahaan Induk Google, Alphabet, membuat perusahaan cyberscurity Chronicle. Perusahaan keamanan dunia maya baru itu bertujuan memberi kesempatan lebih baik kepada perusahaan untuk mendeteksi dan melawan peretas.

Chronicle lulus dari kelompok moonshot X Alphabet dan sekarang menjadi perusahaan mandiri di bawah payung Alphabet, sama seperti Google. Stephen Gillett, yang bergabung dengan X dari Google Ventures dan sebelumnya adalah COO Symantec, akan menjadi CEO perusahaan baru tersebut.

Untuk memulai, Chronicle akan menawarkan dua layanan, platform intelijen keamanan dan analisis untuk perusahaan,  VirusTotal, pemindai malware dan virus online yang diakuisisi Google pada tahun 2012.

Gillett menulis, gagasan umum di balik Chronicle adalah untuk menghilangkan blindspot keamanan perusahaan dan memungkinkan perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai postur keamanan mereka.

''Kami ingin meningkatkan kecepatan dan dampak kerja tim keamanan dengan membuatnya lebih mudah, lebih cepat dan lebih hemat biaya bagi mereka untuk menangkap dan menganalisis sinyal keamanan yang sebelumnya terlalu sulit dan mahal untuk ditemukan,'' tulis Gillett, dikutip dari Techcrunch, Kamis (26/1).

Gillet mencatat perusahaan itu akan berjalan di infrastruktur Alphabet dan menggunakan mesin pembelajaran dan kemampuan pencarian lanjutan untuk membantu bisnis menganalisis data keamanan mereka. Chronicle juga mengatakan mereka akan menawarkan layanannya di cloud.

Sehingga mereka dapat tumbuh dengan kebutuhan organisasi dan tidak menambahkan perangkat lunak keamanan lain untuk diimplementasikan dan dikelola. Ia mengaku sedang membangun platform intelijen dan analisis untuk memecahkan masalah ini.

Kapten X Moonshots Astro Teller juga mencatat, informasi yang dibutuhkan tim keamanan untuk mengidentifikasi dan menyelidiki serangan ada di alat keamanan dan sistem TI yang ada di organisasi.

''Namun tersembunyi dalam volume data yang sangat besar dan oleh karena itu tidak dapat dengan mudah dilihat, dipahami, atau digunakan,'' jelas Teller.

Sementara ini Alphabet tidak memberikan informasi rinci perusahaan tersebut mengatakan bahwa layanan tersebut saat ini telah diuji coba alpha oleh sejumlah perusahaan Fortune 500.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement