REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Laporan terbaru menunjukkan bahwa tiga dari empat orang tua di Inggris tidak percaya bahwa internet adalah tempat yang aman bagi anak mereka. Hanya kurang dari seperempat orang tua dari anak 6-12 tahun yang mengikuti survey percaya bahwa internet aman untuk anak tanpa pengawasan orang dewasa.
Sebagian besar orang tua merasakan terbebani untuk tetap memastikan anak-anaknya tetap aman saat menggunakan internet. Namun dibalik kekhawatiran tersebut, penggunaan internet pada anak semakin ada di usia muda.
Lebih dari tiga perempat anak (76 persen) dari usia enam tahun sudah mengetahui cara menggunakan internet melalui gawai seperti ponsel pintar. Sedangkan dari usia 10 tahun sebesar 92 persen dan usia 12 tahun sebesar 96 persen.
Laman Beano mensurvei dua ribu orang tua Inggris. Dalam survey tersebut, mereka bertanya mengenai siapa yang harus bertanggung jawab untuk memastikan keamanan anak-anak dalam menggunakan internet. Sebanyak 95 perrsen mengaku bahwa orang tua bertanggung jawab atas anak mereka sendiri.
Disisi lain, ketika ditanya siapa yang seharusnya bertanggung jawab, sebesar 64 persen mengatakan platform internet. Dimana Google memimpin sebagai platform tertinggi.
Sebanyak 42 persen mengatakan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab dan 42 persen lainnya memilih guru sekolah. Di samping itu, 16 persen orang tua mereka berharap anak mereka yang lebih tua mengawasi adik mereka.
Dari survey tersebut juga menemukan bagaimana orang tua mencoba mengawasi penggunaan internet pada anak mereka. Sebanyak 30 persen mengatakan pada anak bahwa mereka dapat memantau situs apa yang anak mereka kunjungi. Hal tersebut sebagai ppengaman meski sebenarnya tidak dapat membantu.
Presentase ini meningkat untuk anak yang berusia lebih tua, dimana orang tua memantau anak usia 11 tahun sebesar 39 persen dan 12 tahun di angka 44 persen. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa 69 persen anak usia 6-12 tahun lebih banyaj menggunakan situs Youtube dibanding situs ramah anak, Youtube Kids.
Terbukti dengan jumlah 64 pesen anak berusia 10 tahun dan 80 persen anak berusia 12 tahun diijinkan menggunakan Youtube tanpa pengawasan. Seperti dilansir dari laman Daily Mail, bulan lalu Youtube mendapat kecaman dan kritik ketika salah satu bintangnya, logan aul mengunggah video yang menunjukkan mayat korban bunuh diri di Jepang.
Dari kasus tersebut terlihat bahwa orang tua membutuhkan kesadaran untuk mengawasi anak. Karena terbukti sebesar 31 persen orang tua tidak mengetahui cara menggunakan Snapchat dan 55 persen tidak dapat menggunakan Instagram.
Terlepas dari semua masalah ini, banyak orang tua mengakui bahwa internet memiliki pengaruh positif. Dimana 40 persen mengakui dampak positif dengan teman dan 30 persen terhadap keluarga. Lebih dari separuhnya menuturkan bahwa mereka mengedukasi anak mereka dalam penggunaan internet dengan cara yang positif.
"Internet menawarkan banyak kesempatan menakjubkan, namun penelitian ini menunjukkan betapa khawatir banyak orang tua tentang dampak yang ditimbulkan pada anak-anak mereka," papar Manager Helpline Parents di YoungMinds, Emma Saddleton.
"Orangtua tidak bisa menyembunyikan semua yang anak mereka lakukan secara online, jadi penting untuk melakukan percakapan reguler tentang internet sejak usia muda, untuk menaruh minat pada aplikasi dan permainan yang digunakan anak anda dan menetapkan batasan yang realistis.
Di atas segalanya, penting untuk tetap terlibat dalam apa yang sedang dilakukan anak Anda secara online," lanjutnya.
"Dengan meyakinkan mereka bahwa mereka dapat selalu berbicara dengan anda secara terbuka jika mereka terganggu oleh sesuatu. Hal itu dapat membuat orang tua bisa melakukan perubahan besar," tutupnya.
Laporan yang berjudul 'Growing Up Online pada 2018: Parents, Children and The Internet' diprakarsai oleh Beano.com untuk menandai kemitraan barunya dengan yayasan amal muda Young Minds. Proyek ini menyoroti isu dan kekhawatiran yang dihadapi orang tua untuk membesarkan anak-anak mereka di era digital sepenuhnya.