Selasa 24 Apr 2018 10:23 WIB

Internet Bisa Mengubah Religiusitas Seseorang

internet membuat mereka semakin terbuka dengan ide-ide baru.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Internet
Internet

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Studi baru diterbitkan The Journal for the Scientific Study of Religion menunjukkan semakin banyak seseorang menghabiskan waktu dengan internet, semakin kecil kemungkinannya berafiliasi dengan tradisi keagamaan yang dianutnya, atau tetap percaya bahwa agama satu lebih benar dari agama lainnya. Penulis studi, Paul McClure, seorang mahasiswa doktoral bidang sosialogi di Universitas Baylor mengatakan hal tersebut dalam sebuah pernyataan.

"Hari ini, semakin banyak orang menghabiskan waktu untuk online. Seseorang dalam religiositas agamanya merasa lebih bebas, mengotak-atik pluralitas ide-ide agama, bahkan agama berbeda, serta menganalisis konflik agama sebelum kita memutuskan bagaimana kita ingin hidup," kata McClure, dilansir dari Live Science, Selasa (24/4).

McClure menganalisis survei dari 1.700 orang dewasa yang berpartisipasi dalam the Baylor Religion Survey yang dikelola Gallup Organization pada 2010. Survei tersebut menanyakan responden, seperti seberapa sering mereka terlibat dalam kegiatan keagamaan, seperti ikut kelompok doa, pengajian, paduan suara gereja, dan kegiatan sosial keagamaan. Mereka juga ditanyai berapa jam sehari mereka menggunakan internet, dan seberapa banyak mereka sepakat dalam skala satu hingga empat dengan pernyataan, "Semua agama di dunia sama-sama benar."

McClure membandingkan tanggapan untuk menentukan apakah ada hubungan antara waktu yang dihabiskan untuk online dengan waktu yang dihabiskan untuk berkegiatan agama. Apakah aktivitas online membuat responden tak lagi mengeksklusifkan agama tertentu. Analisis ini juga memperhitungkan variabel usia, etnis, tempat tinggal, dan afiliasi politik.

Data menunjukkan umumnya responden tua cenderung berafiliasi dengan agama dibanding responden muda. Mereka yang konservatif secara politik cenderung lebih agamis ketimbang liberal.

"Semakin banyak waktu yang dihabiskan di internet, semakin besar kemungkinan orang itu tidak berafiliasi dengan agama," kata McClure, dilansir dari Live Science, Selasa (24/4).

Internet mengeskpose pengguna ke berbagai pandangan dunia, keyakinan, dan ide yang membuat mereka semakin terbuka dengan ide-ide baru. Internet adalah tempat berkembang biak gagasan-gagasan baru yang menyingkirkan keyakinan dalam diri seseorang. McClure juga menemukan waktu yang dihabiskan seseorang untuk online sering menggantikan waktu yang seharusnya dihabiskan di gereja dan rumah ibadah lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement