Jumat 03 Jun 2016 04:47 WIB

Transfer Teknologi Enzim, BPPT Gandeng Bioindustri Cina

Gedung BPPT, jakarta
Foto: ROL/Kingkin J
Gedung BPPT, jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggandeng industri biotek dari Cina Qingdao Vland Biotech Group Co Ltd untuk tujuan transfer teknologi dan penelitian bersama dalam pengembangan teknologi produksi enzim dan biofertilizer.

Kepala BPPT Unggul Priyanto, di Jakarta, mengatakan perkembangan industri bioteknologi (bioindustri) di Indonesia relatif lambat dibandingkan dengan negara Asia lain, seperti India dan Cina.

Padahal Indonesia memiliki sumber daya hayati yang cukup melimpah dan terbesar keempat, setelah Brasil, Cina, dan Afrika Selatan.

Indonesia, menurut dia, hampir 99 persen masih memenuhi kebutuhan produk enzim untuk industri hasil impor dari India, Cina, dan Eropa.

Padahal di kancah global sudah banyak berkembang industri bioteknologi moderen yang menghasilkan produk dengan volume kecil, tapi memiliki nilai ekonomi sangat tinggi seperti vaksin, enzim, dan antibiotik atau antiviral.

Sejauh ini, lanjutnya, upaya konkret perlu dilakukan untuk menghasilkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan industri serta secara teknoekonomi layak diaplikasikan di industri. Karena itu, BPPT melakukan kerja sama dengan lembaga riset maupun mitra industri dari Cina.

"Ini juga bagian kerja sama Indonesia-Cina di bidang sains dan teknologi yang telah dimulai sejak 2011 oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan 'MOST of Cina' yang dikoordinasikan oleh Kedutaan Besar Cina melalui 'First Secretary of Science and Technology'," kata Unggul Kamis (2/6).

BPPT, lanjutnya, telah mengambil program Joint Laboratory and Technology Transfer yang ditawarkan Oleh Pemerintah Cina dengan menggandeng mitra kerja sama, baik lembaga riset maupun industri.

Kerja sama tersebut, kata Unggul, difokuskan pada transfer teknologi produksi enzim dan biofertilizer dengan memanfaatkan fasilitas di LAPTIAB Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan.

Pengembangan teknologinya diarahkan untuk aplikasi enzim pada industri, seperti industri pakan ternak, pulp dan kertas, serta industri kimia lainnya.

Sedangkan teknologi biofertilizer diharapkan dapat mendukung sistem pertanian hijau yang menggunakan konsep pupuk berimbang untuk meningkatkan produktivitas dengan tetap menjaga kualitas lingkungan.

Kerja sama ini, katanya lagi, diharapkan dapat meningkatkan penguasaan teknologi (bioteknologi) dan mendorong pengembangan bioindustri di Indonesia.

Selain itu, kerja sama tersebut diharapkan juga dapat mewujudkan BPPT sebagai pusat unggulan di bidang bioteknologi yang mampu menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang bioteknologi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement