Kamis 18 Aug 2016 11:38 WIB

50 Mini Satelit Diluncurkan untuk Pelajari Lapisan Terluar Atmosfer Bumi

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Winda Destiana Putri
Satelit/ilustrasi
Satelit/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES – Para ilmuwan meluncurkan 50 mini satelit untuk mempelajari lapisan terluar atmosfer bumi.

Di mana salah satu bagian dari atmosfer bumi masih sedikit yang diketahui. Mini satelit itu akan diluncurkan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Mini satelit yang bersiap diluncurkan ke lapisan terluar atmosfer bumi itu disebut CubeSats. Nantinya satelit tersebut diharakan dapat mencari tahu lebih lanjut mengenai atmosfer yang terletak di antara 200 dan 300 kilometer di atas permukaan bumi.

Pengetahuan tentang hal tersebut dirasa sangat penting karena kita, umat manusia, mengandalkan atmosfer tersebut untuk melindungi kita dari kondisi yang keras. 

“Wilayah ini kurang dipahami dan sulit unttuk diukur. Namun, bagian itu merupakan antar muka antara planet dan ruang kita. Di mana terdapat banyak ultraviolet dan radiasi X-ray dari matahari yang bertabrakan dengan bumi, dan menghasilkan aurora dan potensi bahaya yang dapat mempengaruhi jaringan listrik dan komunikasi,” kata salah satu tim dari University of New South Wales (UNSW) di Australia, Andrew Dempster, seperti dikutip Science Alert, Rabu (17/8) wakktu setempat.

50 CubeSats merupakan bagian dari sebuah proyek internasional yang disebut QB-50, yang melibatkan para peneliti dari 28 negara, termasuk Eropa, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia.

CubeSats adalah satelit kecil, berukuran sekitar 10 sentimeter setiap sisi, dan berat masing-masing sekitar satu kilogram. Ini merupakan langkah yang menarik bagi Australia pada khususnya, yang merupakan salah satu negara OECD yang tak memiliki badan antariksa.

Tiga satelit Australia bernama UNSW-EC0, INSPIRE-2w, dan SUSat. UNSW-EC0 akan mempelajari komposisi atom termosfer, sementara INSPIRE-2, sebuah proyek bersama antara Universitas Sydney, UNSW, dan Universitas Nasional Australia, akan mengukur suhu elektron dan kepadatan plasma di wilayah tersebut. SUSat sedang dibuat oleh University of Adelaide.

"Ini adalah eksplorasi yang paling luas dari eksplorasi termosfer bawah yang pernah ada, mengumpulkan pengukuran dalam jenis detail yang belum pernah dicoba. Satelit akan beroperasi selama tiga sampai sembilan bulan, dan dapat berlangsung sampai satu tahun. Mereka akan mengorbit di wilayah kecil dan mempelajari ruang, sebelum orbit mereka mengalami pembusukan dan mereka kembali memasuki atmosfer dan terbakar," kata Elias Aboutanios, pemimpin proyek dari UNSW-EC0. 

Para peneliti sangat antusias dan berharap dari data yang akan diperoleh dari eksplorasi 50 mini satelit itu. Apalagi biaya yang dikeluarkan untuk mengorbitkan mini satelit itu dirasa lebih terjangkau daripada dengan memulai dari satelit besar. Itu artinya data yang akan didapatkan lebih banyak dari biaya yang dikeluarkan. 

Jika dikalkulasi, seperti yang dijelaskan Naomi Mathers dari Advanced Technology Instrumentation Technology Centre in Canberra, ketika kita menempatkan satu satelit besar dengan biaya yang sangat mahal, maka kita akan mendapatkan satu set data. Sementaara dengan menempatkan 50 mini satelit, maka kita akan mendapatkan 50 set data. Tentu ini jauh lebih menguntungkan. 

Biaya yang dibutuhkan untuk satelit ini sekitar 750 ribu US dolar per satelit. Sementara waktu peluncuran dijadwalkan pada Desember mendatang, dan akan dikirim ke ISS menggunakan roket Orbital ATK Antares dari Wallops Island, Virginia. Mereka kemudian akan memakan waktu sekitar satu bulan untuk diluncurkan dari ISS, melayang turun dari daerah orbit setinggi 380 kilometer ke daerah yang lebih rendah dari termosfer.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement