Senin 10 Apr 2017 21:03 WIB

Geopark Ciletuh Butuh Sinergi Kalangan Akademik

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Karta Raharja Ucu
Salah satu pemandangan di Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat.
Foto: IST
Salah satu pemandangan di Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Diseminasi geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi untuk menjadi geopark global memerlukan sistem komunikasi pembelajaran terpadu. Menurut PIC Tim Riset Geopark dari Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi Bisnis Telkom University (TelU), Dewi K Soedarsono, geopark bisa menjadi global dengan sinergi kalangan akademik.

"Namun musuh kita semua sekarang, kita ketahui bersama adalah gawai. Siswa mudah teralihkan, kita harus mengajar dengan menarik," ujar Dewi dalam siaran persnya, Senin (10/4).

Menurut Dewi, untuk menarik atensi siswa, ada dua tips. Pertama, mengajar lah dengan pendekatan 5W dan 1 H. What yakni memilih satu tema menarik, jangan semua diajarkan ke siswa karena bisa tidak efektif.

Dewi mengatakan, Who itu kebiasaan tiap sekolah berbeda jadi perlu pendekatan beda. Where adalah mau cerita di mana, di dalam kelas apa aula atau lapangan sekolah. When, adalah melihat jam berapa materi diberikan

"Kalau jam istirahat, maka tak bisa panjang lebar," kata Dewi saat memberikan pelatihan untuk 300 Kepala Sekolah di Ciletuh.

Sedangkan why, kata Dewi, menjelaskan mengapa materi ini penting diketahui siswa sementara how menekankan teknik komunikasi. Misalnya untuk anak SD, maka teknik mendongeng (story telling) yang harus dikedepankan.

"Dan tips kedua adalah lakukan metode KISS, yakni Keep It Short and Simple," katanya.

Jadi, kata dia, ateri harus singkat padat dan disajikan secara menarik. Karena, makin panjang itu makin tidak mengerti. "Jadi, dua tips inilah yang membentuk sistem komunikasi pembelajaran integral," katanya. Selain Dewi, hadir pula Wakil Dekan Fakultas Komunikasi Bisnis TelU Ade Irma Susanti serta sejumlah dosen dari Prodi Ilmu Komunikasi dan Prodi Administrasi Bisnis.

Di tempat sama, Ketua Pusat Penelitian Geopark dan Kebencanaan Geologi Unpad, Prof Mega Fatimah Rosana mengatakan, unsur akademik sangat penting dalam peneguhan posisi geopark Ciletuh dan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Karena, kata dia, saat ini sudah Indonesia sudah mendapatkan dua geopark nasional dari Unesco. Pertama geopark Ciletuh per 22 Desember 2015 dan geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu per 21 Juni 2016. "Sekarang mengejar geopark global, itu perlu dorongan akademik," katanya.

Geopark tersebut, kata dia, terdiri atas delapan kecamatan, 74 desa, seluas 126 hektar, dengan bentuk amfiteater (bentang alam setengah lingkaran) dengan luas 15 km. Menurut Mega, Unesco sebagai badan dunia PBB bidang pendidikan dan budaya. Maka, perlu diyakinkan dengan adanya riset akademik serta publikasi internasional dari perguruan tinggi terkait Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu.

Di sisi lain, kata dia, belajar dari sejumlah lokasi calon geopark global di tanah air, ada yang gagal. Karena, diseminasi geopark belum maksimal oleh para pemangku kepentingan.

"Indonesia sekarang baru punya dua geopark nasional yakni Batur Bangli di Bali dan Gunungsewu Jating," katanya.

Sementara Geopark Merangi Jambi dan Kaldera Toba, kata dia, sudah diajukan tiga tahun lalu tapi belum lolos. Bahkan di Rinjani, gagal menjadi geopark global karena belum masuk kurikulum pendidikan dasar menengah. "Maka itu, acara ini kami gempur ke para pendidik agar masuk muatan lokal," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement