REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Berdasarkan analisa terhadap meteorit yang jatuh ke bumi, sejumlah peneliti mengungkapkan, Jupiter merupakan planet pertama yang terbentuk dan menjadi planet tertua dalam sistem tata surya. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Lawrence Livermore National Laboratory California, Amerika Serikat.
Hasil penelitian ini pun telah dipublikasikan di Proceedings of National Academy of Sciences. Menurut tim peneliti, planet terbesar di sistam tata surya tersebut mulai terbentuk kurang dari satu juta tahun setelah sistem tata surya terbentuk. Kemudian, sekitar dua hingga tiga juta tahun, inti Jupiter terus membesar hingga berukuran lebih dari 50 kali dari inti bumi.
Sebelumnya, tim peneliti telah melakukan simulasi terbentuknya Jupiter di dalam laboratorium. Jupiter terbentuk dari partikel batuan dan gas. ''Ini pertama kalinya, kami dapat menganalisa tentang Jupiter berdasarkan hasil simulasi di laboratorium,'' tutur salah satu tim peneliti, Thomas Kruijer, seperti dikutip Washington Post.
Dalam melakukan simulasi tersebut, tim peneliti menggunakan material-material meteorit yang jatuh ke bumi. Sistem tata surya mulai terbentuk dari piringan debut dan gas sekitar 4,6 miliar tahun lalu. Kemudian gas dan material batu serta besi itu berputar hingga membentuk gumpalan besar yang pertama, yang akhirnya membentuk planet Jupiter.
Saat Jupiter terbentuk, gumpalan gas dan batu-batuan di yang berada di antara Jupiter dan Maahari juga membentuk planet-planet. Kondisi ini terjadi seiring dengan perputaran planet-planet tersebut terhadap matahari. Karena itu, para ahli astronomi menduga, Jupiter adalah planet tertua di sistem tata surya.
Tidak hanya itu, keberadaan Jupiter juga seolah menjadi penghalang atau pelindung sistem tata surya bagian dalam. Hal ini pun menjelaskan, kenapa planet-planet yang berada di antara Jupiter dan matahari lebih kecil. Ketika tata surya baru berusia satu juta tahun, gravitasi Jupiter sudah cukup kuat untuk mencegah masuknya batu dan meteorit lain ke dalam bagian dalam tata surya.
''Sekitar satu juta tahun, Jupiter sudah cukup besar untuk bisa melindungi bagian dalam tata surya dari meteorit yang berasal dari luar tata surya,'' kata ahli astronomi, Brandon Johnson.
Selain itu, keberadaan Jupiter juga memisahkan meteorit-meteorit yang ada di bagian dalam dan di bagian luar tata surya. Perbedaan mencolok dari dua jenis meteorit ini adalah komposisi yang terkandung dalam meteorit tersebut. ''Perbedaan itu bukanlah hal yang temporer, tapi lebih karena jarak. Pasti ada sesuatu yang memisahkan kedua jenis meteorit tersebut. Sulit untuk menduga ada kemungkinan lain. Temuan ini menjadi sangat menarik,'' kata Kruijer.
Kruijer menambahkan, hasil penelitian ini juga menunjukan Jupiter menjadi pilar penyangga saat sistem tata surya baru terbentuk. Dengan massa yang begitu besar, Jupiter mampu menjaga dinamika dan evolusi dari sistem tata surya, yang akhirnya akan membentuk bumi. ''Bahkan, pada saat baru terbentuk, Jupiter sudah memiliki kekuatan untuk mengendalikan dinamika dan evolusi sistem tata surya kita. Ini menjadi penemuan yang besar dan dapat mengubah bagaimana cara pandang terhadap sistem tata surya kita,'' tutur Kruijer.