REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Periset telah menemukan bukti tsunami purba di antara lapisan sedimen di dalam gua laut Sumatra. Catatan tsunami 5.000 tahun yang terpelihara dengan baik ini menjadi pengingat yang mengkhawatirkan karena bencana alam tersebut tidak bisa diprediksi.
"Rekaman geologi kami dari sebuah gua menggambarkan bahwa kita masih tidak dapat memprediksi kapan gempa berikutnya akan terjadi," kata Benjamin Horton, seorang profesor ilmu kelautan dan pesisir Universitas Rutgers, dilansir United Press International, Ahad (23/7).
Seringkali, catatan geologis yang baru ditemukan dapat membantu peneliti mengisi catatan sejarah gempa bumi dan gunung berapi di wilayah tertentu, termasuk memperbaiki model prediksi. Tapi, tsunami sejauh ini tetap tidak bisa diprediksi
Charles Rubin, seorang ahli geologi di Nanyang Technological University Singapura, mengatakan tsunami tidak merata sepanjang waktu. "Temuan kami menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan tentang kejadian tsunami yang sangat tidak menentu," kata dia.
Rekaman tsunami ekstra panjang, yang pertama kali ditemukan di gua laut dan salah satu yang paling murni di dunia, membuktikan bahwa dua gelombang bencana dapat terjadi dengan jarak waktu selama beberapa abad atau hanya beberapa dekade.
Penemuan sedimen itu ditemukan di sebuah gua laut yang terletak persis di sebelah selatan Banda Aceh, Indonesia. Lapisan kotoran pasir dan kelelawar yang diendapkan oleh gelombang besar mengungkapkan sejarah tsunami antara 7.900 dan 2.900 tahun yang lalu.
Tsunami pada 2004 yang mematikan yang menghancurkan sebagian besar Asia Tenggara menyapu lapisan sedimen yang lebih muda dari 2.900 tahun. Cuplikan sedimen berusia 5.000 tahun tersebut mengungkapkan adanya 11 tsunami yang dihasilkan oleh garis patahan aktif kawasan ini, membentang 3.300 mil dari Myanmar ke Sumatra di Samudra Hindia.
Gua tersebut ditemukan oleh para arkeolog yang mengingatkan ahli geologi terhadap nilai ilmiahnya. Periset akan merinci penemuan baru di jurnal Nature Communications.