REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Wakil Duta Besar U.N. Korea Utara Kim In Ryong mengatakan, negara tersebut berencana untuk meluncurkan lebih banyak satelit. Korea Utara juga menuduh Amerika Serikat mencoba menghalangi usahanya untuk membantu membangun luar angkasa secara damai.
Pernyataan tersebut keluar dalam sebuah pertemuan komite Majelis Umum PBB mengenai Kerjasama Internasional dalam Pemanfaatan Luar Angkasa yang Luar Biasa. Serta rencana lima tahun negara untuk 2016-2020 mencakup pengembangan satelit praktis yang dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan peningkatan hidup orang.
"Sebagai pihak yang terlibat untuk beberapa perjanjian antariksa, kegiatan pengembangan ruang angkasa Korea Utara berbasis pada dasar hukum dalam semua aspek," kata Kim, mengutip ABC News, Rabu (18/10).
Kim menduga Amerika Serikat akan panik untuk melakukan ilegalasi pengembangan wilayah luar angkasa Korea Utara, dengan mengklaim upaya tersebut melanggar sanksi PBB. Padahal, Amerika adalah negara yang meluncurkan jumlah satelit terbesar.
Namun di satu sisi menyatakan bahwa peluncuran satelit merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional. "Ini adalah tuduhan yang tidak masuk akal dan standar ganda yang ekstrem," tuding Kim.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, AS dan negara-negara lain memandang proyek pengembangan peluncuran ruang angkasa di sisi utara sebagai penutup untuk pengujian teknologi rudal. Karena rudal balistik dan roket di satelit meluncurkan model serupa, mesin dan teknologi lainnya.
Korea Utara juga secara terbuka bekerja untuk mengembangkan rudal bersenjata nuklir yang mampu menyerang daratan AS. Kim mengatakan bahwa perjanjian di luar angkasa menyatakan bahwa ini adalah aset umum manusia dan semua negara dapat mengembangkan wilayah luar tanpa diskriminasi apapun.
Menurut Kim, tidak ada artikel yang menyatakan bahwa peluncuran satelit mengancam perdamaian dan keamanan internasional, juga tidak ada artikel yang menyebutkan bahwa seseorang tidak dapat menggunakan teknologi roket balistik dalam meluncurkan satelit.
Dia menuding AS mengandalkan resolusi PBB yang ilegal, mengacu pada tindakan Dewan Keamanan yang diambil untuk menanggapi program rudal nuklir dan balistik Korea Utara. Kim mengatakan hak Korea Utara untuk memproduksi dan meluncurkan satelit buatan tidak akan berubah hanya karena AS menolaknya.
Kim menjelaskan, Korea Utara meluncurkan satelit komunikasi pilot pertamanya, Kwangmyongsong-1, pada bulan Agustus 1998. Pada bulan Februari 2016, dengan keberhasilan masuk ke orbit Kwangmyongsong-4. Korea Utara telah memasuki tahap pengembangan satelit praktis.
September lalu, kata Kim, Korea Utara berhasil menguji motor thrust tinggi baru untuk kendaraan peluncuran satelit geostasioner, yang membuka jalan yang luas untuk eksplorasi angkasa luar.
Dia mengatakan sebuah uji coba yang berhasil pada tanggal 18 Maret menandai sebuah lompatan besar dalam pengembangan teknologi ruang angkasa dan mengkonsolidasikan fondasi ilmiah dan teknologi agar sesuai dengan kemampuan pengiriman satelit tingkat dunia di bidang pengembangan luar angkasa.
"Korea Utara akan meluncurkan lebih banyak satelit praktis dan akan melanjutkan pembangunan ruang angkasa yang damai sambil memperkuat kerja sama dan pertukaran internasional di lapangan tersebut," jelas Kim.