REPUBLIKA.CO.ID, Mabuk selama perjalanan darat merupakan masalah yang terjadi sejak lama. Sering kali masalah ini terjadi pada semua penumpang mobil kecuali sopir. Para ilmuwan kini telah menemukan sistem yang baru yang bisa digunakan untuk mencegah hal tersebut.
Sebagai awalan, alasan mengapa banyak orang yang mual saat berkendara kebanyakan disebabkan oleh konflik yang terjadi diantara berbagai indera tubuh. Dalam berbagai indera ini terjadi perbedaan dalam menganggap apakah badan kita bergerak atau hanya duduk diam. Hal ini mengakibatkan indera menganggap kita melakukan dua hal sekaligus.
Konsep baru yang diajukan oleh para peneliti adalah dengan memberikan serangkaian efek ringan yang meniru dunia luar dan memberitahukan kepada otak bahwa kita sedang melewati ruang angkasa. Pihak Universitas Michigan yang melakukan pengembangan penelitian menyatakan sistem baru ini bisa bertahan lama dalam otak seperti sebuah spesifikasi.
"Ketika kita bergerak searah dengan gerakan kendaraan (mobil otonom) maka interior didalam juga biasanya memiliki konfigurasi yang tidak biasa. Bisa jadi sofa yang ada di dalam kendaraan atau cara duduk kita yang mungkin duduk miring atau menghadap ke belakang," ujar salah satu tim Keith Hughes.
Terus melihat kearah luar dianggap sebagai salah satu obat penawar yang efektif untuk mebuk perjalanan, oleh karena itu para sopir biasanya tidak terkena masalah ini. Namun di era mobil otonom kita lebih cenderung menghabiskan perjalanan dengan membaca buku atau mengetik di laptop.
Dilansir dari Science Alert, peneliti menyatakan setiap rangsangan visual yang disematkan pada perangkat anti-muntah ini akan disinkronkan dengan kecepatan mobil. Hal ini menyebabkan penumpang akan selalu memiliki pandangan tentang dunia di luar mobil dalam penglihatan tepi penumpang.
Baca juga: Kembangkan Mobil Otonom, Uber Pesan 24 Ribu Unit Volvo
Sementara sepasang kacamata adalah perangkat yang dibutuhkan untuk menggunakan teknologi diatas, efek gerakan buatan ini dapat dipasang dalam badan mobil sesuai dengan hak patennya. Ide utama dari ilusi ini adalah agar hal ini bisa diterapkan dengan berbagai cara dan dengan berbagai jenis cahaya atau rangsangan.
Sekitar 50 persen penumpang mengira akan mengalami mual hingga batas tertetu, namun sistem ini benar-benar bisa membantu sebagian besar populasi itu. "Di mobil otonom, semua orang akan menjadi penumpang. Jadi anda akan mendapatkan lebih banyak kemungkinan orang mengalami mual. Proteksi yang didapat oleh seorang sopir saat mengemudi tidak ada lagi," ujar Michael Sivak.
Peneliti dari Universi Michigan bukan satu-satunya yang terlibat dalam penelitian ini. Tahun lalu, Uber mengajukan hak patennya sendiri untuk sebuah 'Sistem Stimulasi Sensori', yang melibatkan getaran kursi dan ledakan udara yang kesemuanya dirancang untuk memberi kesan pergerakan dalam mobil.
Dalam hak paten tersebut juga disebutkan adanya bar berisi cahaya yang dapat memberikan informasi pada otak tentang perubahan kecepatan dan arah, dan semoga tidak mengirimkan sinyal kepada perut untuk memuntahkan isinya.
"Keuntungan dari produktivitas yang didapat dari sebuah kendaraan yang bergerak sendiri tidak akan terjadi jika kita tidak mengatasi masalah mabuk perjalanan ini," ujar Sivak. Para periset sendiri saat ini sedang berbicara dengan para produsen untuk mendapatkan teknologi yang bisa disematkan pada mobil yang berjalan sendiri, dan sementara ini anda bisa melihat hasil penelitian secara online.