Jumat 01 Feb 2019 11:57 WIB

Hubungan Pusaran Kutub dengan Pemanasan Global

Emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia telah menghangatkan bumi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi - Salju tebal.
Foto: AP Photo/Dar Yasin
Ilustrasi - Salju tebal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suhu teramat dingin bakal dirasakan jutaan orang Amerika. Suhu di seluruh Midwest bagian atas diperkirakan akan turun hingga 28 derajat Celsius di bawah normal pekan ini. Angin kencang dan udara akan terasa seperti minus 50 derajat Celsius.

Dikutip dari Science Alert, sistem Prakiraan Global NOAA Layanan Cuaca Nasional memperingatkan kondisi yang mengancam jiwa. Pada saat yang sama, Kutub Utara menghadapi gelombang panas dengan suhu mendekati titik beku sekitar 14 derjat Celsius di atas normal.

Dalam beberapa tahun terakhir, akibat gelombang dingin sebelumnya, pusaran kutub (polar vortex) seperti dianggap lelucon. Padahal ini terkait dengan pemanasan global.

Sebenarnya, ada dua vortisitas kutub di belahan bumi utara, yang lebih rendah biasanya dan lebih akurat disebut aliran jet. Itu adalah udara di belahan bumi utara, sekitar tujuh mil di atas permukaan bumi.

Udara ekstrem ini ada sepanjang tahun, dan bertanggung jawab untuk menciptakan serta mengarahkan sistem tekanan tinggi dan rendah terhadap cuaca sehari-hari di bumi, badai dan langit biru, suhu hangat dan dingin. Sekitar 48 kilometer di atas bumi, ada pusaran kutub stratosfer dan berpengaruh terhadap Kutub Utara, tetapi hanya selama musim dingin.

Kedua jenis angin ini memengaruhi Kutub Utara yang dingin dan daerah yang lebih hangat di Kutub Selatan, yang dikenal sebagai garis lintang pertengahan. Pemanasan yang tidak merata menciptakan perbedaan tekanan, dan udara mengalir dari area bertekanan tinggi ke tekanan rendah, kemudian menciptakan angin. Bumi yang berputar kemudian memutar angin ke kanan di belahan bumi utara.

Mengapa udara dingin mengarah ke selatan?

Emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia telah menghangatkan bumi sekitar satu derajat Celsius selama 50 tahun terakhir. Namun, Kutub Utara telah menghangat lebih dari dua kali lipat.

Pemanasan Arktik yang diperkuat terutama disebabkan oleh mencairnya es dan salju secara ekstrem dalam beberapa dekade terakhir, memperlihatkan permukaan laut dan daratan yang lebih gelap yang menyerap lebih banyak panas matahari. Karena pemanasan Arktik yang cepat, perbedaan suhu utara / selatan telah berkurang. Ini mengurangi perbedaan tekanan antara Arktik dan garis lintang pertengahan, memperlemah aliran angin.

Undulasi utara / selatan besar menghasilkan energi gelombang di lapisan atmosfer. Jika bergelombang dan cukup persisten, energi dapat bergerak ke atas dan mengganggu pusaran kutub stratosfer. Terkadang pusaran atas ini menjadi sangat terdistorsi sehingga terbagi menjadi dua pusaran yang berputar-putar.

Salah satu vortisitas cenderung mengarah ke selatan, membawa udara yang sangat dingin dan sebaliknya, meninggalkan Kutub Utara menjadi lebih hangat dari biasanya. Salah satu pusaran ini akan menghampiri Amerika Utara, pekan ini dan memberikan suhu dingin ke banyak negara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement