REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arkeolog menemukan kerangka manusia dengan bentuk yang tidak biasa, baru-baru ini. Kerangka itu awalnya ditemukan dari situs pemakaman di dekat Sungai Kuning di Cina timur-tengah, bersama dengan sisa-sisa orang yang hidup antara 3300 dan 2900 SM,.
Menurut laporan Forbes, semua kerangka ditemukan dengan tangan diletakkan di atas tubuh mereka, kecuali satu, yang tangannya terselip di belakang. Tulang-tulang kerangka ini tampak pendek dan lemah dibandingkan dengan sisa-sisa kerangka lainnya. Dugaan awal ini adalah kerangka orang dewasa muda dengan displasia tulang atau juga dikenal sebagai dysplasia.
Secara umum, istilah skeletal dysplasia cenderung mengganggu perkembangan tulang. Hal ini menyebabkan individu tumbuh bertubuh lebih pendek dari rata-rata. Pada laporan yang diterbitkan pada 13 Desember di International Journal of Paleopathology, displasia kerangka cukup langka pada manusia modern, terjadi pada sekitar 3,22 dari setiap 10 ribu kelahiran. Namun, kondisi ini muncul lebih jarang dalam catatan arkeologi. Sampai saat ini, hanya ada kurang dari 40 kasus yang telah ditemukan.
Sebagian besar kasus disebut achondroplasia, artinya menyebabkan anggota badan tumbuh secara tidak proporsional lebih pendek daripada kepala dan badan. Para arkeolog di situs pemakaman pun meyakini jika artinya penemuan mereka langka.
"Saya pikir penting bagi kita untuk menyadari bahwa kecacatan dan perbedaan dapat ditemukan di masa lalu, tetapi ini tidak selalu memiliki konotasi negatif secara sosial atau budaya," kata rekan penulis Siân Halcrow, seorang arkeolog di Universitas Otago, kepada Forbes.
Tim berteori bahwa tinggi badan kerangka itu berasal dari hipopituitarisme dan hipotiroidisme onset anak. Artinya, individu tersebut kemungkinan mengembangkan kelenjar tiroid yang kurang aktif atau kelenjar hipofisis di awal kehidupan.
Kedua kelenjar mengarahkan fungsi hormon ke seluruh tubuh, jaringan dan organ tubuh mungkin gagal tumbuh sebagaimana mestinya. Kondisi ini dapat menghambat pertumbuhan tulang, perkembangan kognitif dan fungsi jantung serta paru-paru.
Menurut para peneliti, individu yang ditemukan berarti kemungkinan membutuhkan "dukungan dari anggota manusia lain" untuk bertahan hidup.