REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah asteroid langka yang mengorbit dalam tata surya telah ditemukan oleh kamera survei yang berbasis di Palomar Observatory. Temuan asteroid yang diberi nama 2020 AV2 itu adalah asteroid pertama yang ditemukan mengorbit sepenuhnya di dalam orbit Planet Venus. Asteroid ini ditangkap Caltech's Zwicky Transient Facility, atau ZTF.
Direktur Eksekutif Pusat astronomi IPAC di Caltech dan peneliti ZTF George Helou menjelaskan asteroid harus bermigrasi ke Venus jauh dari matahari. "Satu-satunya cara keluar dari orbitnya adalah jika terlempar keluar melalui gravitasi dengan Merkurius atau Venus, tetapi lebih besar kemungkinan akan berakhir menabrak salah satu planet," kata Helou, dikutip laman Space News Feed, Kamis (16/01).
2020 AV2 termasuk dalam kelas kecil asteroid yang dikenal sebagai Atiras. Ini dikenal sebagai orbit yang termasuk dalam orbit Bumi. Lebih khusus, itu adalah asteroid 'Vatira' pertama untuk Venus. Hipotesa sampai saat ini, Asteroid Vatira hanya mengorbit di Venus.
Kamera ZTF memang piawai dalam menemukan asteroid karena memindai seluruh langit dengan cepat. Dengan kemampuan demikian, kamera dapat menangkap asteroid saat langit gelap. Lantaran Vatira mengorbit dekat dengan matahari, maka hanya terlihat saat senja atau fajar.
2020 AV2 adalah Atira ketiga yang ditemukan oleh ZTF. Asteroid yang awalnya bernama ZTF09k5, pertama kali ditemukan pada 4 Januari 2020, oleh Bryce Bolin. Dia adalah seorang sarjana pascadoktoral di Caltech.
Temuan kemudian dipublikasi leh Minor Planet Center, organisasi resmi untuk membuat katalog badan tata surya kecil seperti asteroid. Beberapa astronom pun membantu untuk menentukan orbit yang tidak biasa dan mempersempit perkiraan ukurannya.
Asteroid itu membentang sekitar 1 hingga 3 kilometer dan memiliki orbit memanjang miring sekitar 15 derajat terhadap bidang tata surya. Asteroid mengelilingi matahari selama 115 hari, tetapi juga mendekati orbit Merkurius.
Anggota tim ZTF berharap untuk berburu asteroid Vatira lebih banyak di kemudian hari. "Kami tidak tahu ada berapa banyak lagi yang seperti ini atau jika unik," kata Helou.
ZTF didanai oleh National Science Foundation dan kolaborasi mitra internasional. Dukungan tambahan datang dari Caltech dan Yayasan Heising-Simons. Data ZTF diproses dan diarsipkan oleh IPAC.