Rabu 05 Feb 2020 13:46 WIB

Bor Dasar Laut, Ilmuwan Selidiki Akhir Keberadaan Dinosaurus

Mengebor dasar laut dinilai lebih mudah dibandingkan mengebor daratan.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi dinosaurus.
Foto: cnn
Ilustrasi dinosaurus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim ilmuwan melakukan penyelidikan tentang akhir dari keberadaan dinosaurus di Bumi dan mencoba untuk memprediksi masa depan. Pada bulan lalu, penelitian dilakukan di laut selatan Selandia Baru.

Mencoba membuka sejarah bumi, para peneliti mengangkat bagian-bagian endapan dan batuan kuno dari bawah Pasifik Selatan. Dengan sampel-sampel ini, mereka menyelidiki beberapa pertanyaan yang telah dan paling sering ditanyakan, mulai dari apa yang terjadi setelah era dinosaurus? Apa yang terjadi pada kehidupan ketika planet secara dramatis menghangat atau mendingin? Bisakah jutaan tahun sejarah Bumi memberi tahu kita ke mana kita akan pergi?

Baca Juga

“Cara kerja lautan, lingkungan, dan iklim Bumi semuanya dicatat dalam sedimen,” ujar Anthony Koppers, seorang profesor geologi kelautan di Oregon State University, dilansir CNN, Rabu (5/2).

Pengeboran di bawah endapan di dasar laut dilakukan dan para ilmuwan mencapai kerak samudera. Menurut Koppers, salah satu keuntungan dari mengebor kerak samudera adalah tebalnya sekitar 7 kilometer, sedangkan di daratan kerap kali lebih tebal. Hal ini yang memungkinkan peneliti mengambil sampel lebih dekat ke mantel Bumi.

“Anda belajar tentang bagaimana dunia bekerja pada skala planet. Ada pertanyaan mendasar tentang asal usul kehidupan di Bumi dan lebih luas ke planet lainnya,” jelas Koppers.

Terdapat mesin yang digunakan untuk  Kapal Ekspedisi Proyek Mohole. Ekspedisi berlangsung pada tahun 1961 dan membuka jalan bagi operasi pengeboran ilmiah masa depan di laut.

Pengeboran laut ilmiah dimulai pada akhir 1950-an dan awal 60-an dengan Proyek Mohole, upaya dari Amerika Serikat (AS) untuk mengebor ke dasar kerak bumi. Itu tidak mendekati pengeboran 601 kaki (183 meter) dan sampai saat ini pengeboran yang terdalam di bawah dasar laut adalah 3.250 meter, oleh kapal Jepang Chikyu pada 2019.

Pengeboran laut telah memberikan bukti teori lempeng tektonik (pergerakan lempeng yang terdiri dari lapisan terluar bumi yang berbatu). Selain itu, hal ini mengungkapkan Kutub Utara pernah memiliki iklim subtropis, menemukan hidrat metana beku, es yang mudah terbakar, serta menemukan kehidupan mikroba jauh di bawah dasar laut.

“Lebih dari 50 tahun kami secara bertahap mendapat  sedikit lebih banyak wawasan dan sebenarnya itu menyebabkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban,” kata Koppers menambahkan.

Selama beberapa dekade, resolusi JOIDES, kapal bekas pengeboran minyak berusia 41 tahun, telah berfungsi sebagai kapal utama masyarakat untuk pengeboran laut dalam. Penelitian untuk  International Ocean Discovery Program (IODP), misi terakhir resolusi itu terletak di di atas Dataran Tinggi Campbell selatan Selandia Baru.

Diantara para kru dalam misi, ada Laura Haynes, seorang ahli sedimentologi di Rutgers University, dan Elizabeth Sibert, spesialis physical properties di Harvard University. Menurut Haynes, berlayar di JOIDES adalah sesuatu yang diimpikan oleh setiap paleoceanografer.

Mereka bekerja  tujuh hari seminggu memutar shift 12 jam selama 60 hari. Pengeboran dilakukan berjam-jam, dengan sampel inti sepanjang 9,5 meter diangkut ke permukaan untuk analisis segera.  Core kemudian dibagi memanjang dan disimpan dalam lemari es untuk digunakan dalam penelitian lebih lanjut.

Tidak ada istirahat, tidak ada panggilan pelabuhan, dan tidak ada minuman di kapal,” ujar Brad Clement, director of science services di IODP.

Kapal dapat menembus sedimen sekitar tujuh kilometer dalam periode dua bulan. Tim peneliti menggali cukup jauh untuk melihat bukti Paleocene-Eocene Thermal Maximum, peristiwa pemanasan global yang terjadi sekitar 55,5 juta tahun yang lalu.

Kemudian Sibert, yang terlibat dalam penelitian tentang peristiwa kepunahan massal dinosaurus yang terbit pada awal tahun ini mengatakan ia menggunakan intI yang diekstraksi pada 2012. Setelah itu, bukti kuat untuk mendukung teori bahwa dinosaurus lenyap setelah asteroid terkena dampak di dekat Yucatan, di Meksiko pun ditemukan.

Di antara inisiatif yang direncanakan oleh IODP untuk tiga dekade ke depan adalah menyelidiki Bumi yang dalam. Koppers memperkirakan dibutuhkan waktu setidaknya satu tahun untuk mengebor tujuh kilometer kerak bumi dan beberapa situs, salah satunya berada di dekat Hawaii, AS sedang dipertimbangkan.

"Tantangan ketika Anda mencapai kedalaman itu adalah suhunya sangat tinggi dan tekanannya sangat tinggi. Jadi, setiap kali Anda mencoba menarik keluar pipa, lubang itu menutup sendiri. Mungkin butuh 10 hingga 20 tahun untuk mendapatkan teknologinya,” jelas Clement.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement